Read More

Slide 2 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 3 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 4 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 5 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 6 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo

Tuesday, January 24, 2017

Aqiqah Umar


Memiliki seorang anak adalah sebuah impian besar bagi pasangan suami istri yang menikah. Bunda dan ayah cukup lama menanti buah hati. Alhamdulillah Allah mengabulkan permohonan ayah dan bunda.
Lahirlah kamu nak....Muhammad Umar. Ayahmu yang memberikan nama. Sebenarnya bunda punya nama sendiri. Tapi kayaknya kepanjangan, hehe. Jadi bunda menyumbang usulan bunda yaitu Muhammad. Kenapa? karena itu merupakan salah satu nazar bunda apabila dikaruniai anak laki-laki maka akan menamainya dengan nama Muhammad. Semoga kelak kamu senantiasa mengikuti sunnah-sunnah rasul dan akhlak nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya Umar Widianto, usulan ayahmu. Ayah sangat suka dengan khulafaurrasyidin. Semoga kelak kamu bisa menjadi seorang khalifah seperti layaknya Umar bin Khattab, pembeda yang hak dan yang bathil, bahkan syaitan takut mendengar namanya. Widianto, nah ini mungkin ayahmu pengen eksis hehe. Arti widianto sendiri adalah anak laki-laki yang berpengetahuan luas, pintar dan juga cerdas.

 Aqiqah merupakan salah satu bentuk rasa syukur kami. Semoga aqiqah ini diterima Allah SWT. Aamiin YRA.




























Read More

Video Baby Umar


Ini adalah video Umar waktu masih bayi banget, baru pulang dari RS. Usianya baru 3 hari. Umar termasuk bayi yang anteng (waktu masih bayi sekarang udah ga bisa diem). Dia nangis hanya kalau lapar, dan tangisannya bener-bener bikin pengen nene*in. Love you nak...







Read More

Monday, January 16, 2017

Pulo Cinta the Little Maldives in Indonesia


"Pulo Cinta The Little Maldives in Indonesia"





Take A Selfie

Tahukah sobat Maldives? pasti sudah banyak yang tahu ya...Maldives itu terletak jauh di Samudera Hindia dekat dengan Srilanka dan India tepatnya di Asia bagian selatan. Maldives terkenal dengan pulau-pulau kecilnya dengan garis pantai yang indah dan dibangun cottage-cottage penginapan sangat cocok untuk wisatawan yang menginginkan suasana pribadi. Biasanya banyak pasangan-pasangan muda yang menghabiskan waktu honeymoonnya di Maldives.



Nah, di Indonesia juga ada loh...namanya Pulo Cinta. Pulo cinta merupakan salah satu objek wisata baru di Boalemo, Gorontalo. Pulo cinta terletak kurang lebih setengah jam dari Desa Botumoito, Kecamatan Botumoito, Boalemo, dan ditempuh dengan menggunakan perahu cepat.


Dinamakan Pulo Cinta karena memang pulaunya mirip seperti simbol hati. Seperti foto di atas yang saya ambil hanya menggunakan kamera HP dengan mode panorama. 



Cottage-cottagenya mengelilingi pulo cinta. Banyak wisatawan baik mancanegara maupun domestik berkunjung ke Pulo Cinta. Hanya saja untuk bermalam di pulau ini kita memerlukan kocek yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya berkunjung saja. 




Tarif menginap di Pulo Cinta sekitar 3,5 juta-5,5 juta per cottage per malam (hitungannya cottage). Lumayan juga ya?? Namun, jika kita hanya berkunjung saja maka hanya membayar sewa perahu (@65 ribu) dan biaya masuk Pulo Cinta (100 ribu). 


Jika ditanya cantik atau engga, menurut saya cantiiiiik banget. Pantainya bening sekali.................Namun, jika sudah agak siang terik matahari begitu menyengat,jadi yang mau tanning gratis disini bisaa banget, hehe. 


So, mau ke Pulo Cinta ga??




"Foto menggunakan mode panorama di Samsung Galaxy Note 4"









#pulocinta #pariwisata #visitindonesia #boalemo #gorontalo #indonesia #littlemaldives


 
Read More

Thursday, January 12, 2017

Kelahiran My Baby Boy: UMAR (Part 2)




Rabu, 15 Juni 201*
Begitu dokter menyatakan untuk rawat inap, saya segera bergegas menelepon keluarga supaya membawakan perlengkapan bayi dan baju-baju saya....Hari itu keluarga saya masih menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dan rumah saya cukup jauh dari RS sehingga butuh perjuangan extra untuk bolak-balik RS-rumah, buka puasa di RS. Saya benar-benar bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi saya....

Lucunya, karena baru pertama kali melahirkan, saya membawa 2 koper penuh berisi baju-baju bayi, beserta dll nya. Sampai-sampai petugas kebersihannya (yang ngepel kamar) ngomel-ngomel karena barang bawaan saya segambreng. Maklumlah kalo di rumah sakit negeri ga bisa request macem-macem karena semuanya serba diatur. Dari jadwal besuk, orang yang boleh menginap, sampai karpet dan tikar harus sudah digulung begitu jam 6 pagi. 

Sebelum prosesi melahirkan, saya diinapkan dulu semalam untuk persiapan dan juga menunggu giliran jika kamar persalinan ada yang kosong. Alhamdulillah, untuk kamar inap (memang peruntukan untuk ibu hamil dan pasca melahirkan) saya mendapatkan kelas I, cukup luas ruangannya walaupun di kelas I pasiennya ada 2 orang. Semalam itu saya benar-benar deg-degan tapi lumayan tenang karena ada suami saya yang sesekali ngajak bercanda hehe. Hanya 1 yang saya harapkan yaitu semoga persalinan saya lancar, debay dan saya sehat-sehat semuanya.

Di rumah sakit kala itu memang lagi banyak sekali anak kuliah yang sedang magang dan ujian. Awalnya saya sempat kurang nyaman karena mereka sebentar-sebentar (1 jam sekali kayaknya) datang sambil mengecek tensi, suhu badan dan denyut jantung janin (DJJ). "Bu, periksa dulu DJJ nya nggih..". Karena masih magang, jadi nyari DJJ nya mereka agak kesulitan, beda dengan bidan yang memang bekerja di RS (langsung dapat). Tapi setelah beberapa lama di RS, baru saya merasa anak-anak magang itu begitu membantu dan juga mereka begitu perhatian. Sangat jauh berbeda dengan bidan-bidan senior yang terkesan galak dan kurang sabaran, hehe ^^v.

Kamis, 16 Juni 201*
Keesokan harinya, setelah sarapan sekitar pukul 9 pagi saya dipindah ke ruang bersalin (jaraknya cukup jauh dari ruang rawat inap). Semua barang dibawa kesana, sejak itulah saya tahu bahwasanya barang bawaan saya itu terlalu banyak, hehehe. Jadi sebagian pada dibawa pulang yang tidak terlalu penting. Di ruang bersalin terdapat 3 bed, dimana hanya dibatasi oleh tirai tanpa sekat. Bed pertama diisi oleh seorang ibu yang usianya 40 tahun persalinan anak kelima nya, bed kedua saya, bed ketiga ibu muda yang usianya mungkin sepantaran saya dimana sudah pecah ketuban duluan (akhirnya caesar). 

Sesuai dengan instruksi dokter kandungan, bahwa saya harus menjalani induksi persalinan. Induksi persalinan adalah persalinan yang dibantu dengan semacam obat atau alat untuk merangsang kontraksi asli sehingga mempercepat proses kelahiran normal. Sebelum induksi, bidan mengecek berapa pembukaan saya (ngilu). Ternyata hingga saat itu saya belum mengalami pembukaan alias pembukaan nol. Setelah itu, bidan meminta suami saya menandatangani surat pernyataan pemberian induksi. Oh ya, di ruang bersalin itu terdapat bidan, perawat dan anak magang dari sekolah keperawatan dan sekolah kebidanan. Dokter kandungan berada di tempat berbeda (tempat praktiknya waktu saya cek pertama yang letaknya dekat pintu masuk RS), dokter kandungan hanya datang ketika pembukaan sudah dekat dan detik-detik menjelang kelahiran. Dan sepertinya beberapa dokter kandungan di RS itu masih KOAS (masih muda soalnya). 

Sebelum induksi, saya cek NST dulu. Nah disini saya baru tahu NST itu apa. Cek NST (Non Stress Test) itu semacam alat yang dipasang semacam sabuk di perut ibu hamil untuk mengetahui riwayat denyut jantung janin. Mungkin bedanya sama dopller, kalo NST ini waktunya lebih panjang durasinya (sekitar sejam-an) seperti kardiotografi. Saya waktu itu disuruh memencet alat semacam bel jika terasa pergerakan janin. Mungkin NST itu sebagai bahan observasi sebelum induksi. Alhamdulillah kata bidannya hasil NST saya normal.

Proses induksi diawali dengan memasang infus (drip), ini pertama kali saya diinfus. Wow jarumnya gede banget, tapi ya sudah saya pasrah saja toh yang penting si dede cepat keluar. Induksi dipasang sekitar pukul 11.00 siang. Infusnya berisi cairan untuk mempercepat kontraksi. Ternyata ibu di bed 1 juga diberikan induksi infus juga. Haduh rasanya ruang bersalin itu berisik banget, coz banyak anak magang yang sedang ujian. Saya pun ga luput untuk dijadikan percobaan. Salah seorang dari mereka meminta saya untuk dijadikan 'kelinci percobaan'. "Bu, nama saya (sebut saja mawar), saya sedang ujian praktik untuk melakukan teknik palpasi dan juga mengukur DJJ, apakah ibu bersedia untuk saya periksa". "Ya, silahkan..". Test itu memang lumayan sulit sepertinya bagi mereka, karena seperti menerawang di dalam tanpa bantuan USG. Test palpasi itu yaitu menekan-nekan bagian perut untuk mengetahui letak dan posisi janin. Mungkin dari bentuk-bentuk yang mereka rasakan mereka tahu ini kepala atau punggung debay. Setelah itu mengukur DJJ. Untuk mengukur DJJ, memang harus palpasi terlebih dahulu. Karena setelah posisi janin diketahui, maka mereka bisa mengira-ngira letak jantung janin di sebelah mana. Kadang di sebelah kanan perut saya, kadang agak ke kiri tergantung pergerakan si dede. Nah, jika mereka salah mengira maka DJJ jadi tidak terdengar di alat doppler (jadi bikin parno nih kalo pas ga kedengaran). Biasanya kalo ga kedengaran, bidan yang mendampingi melakukannya lagi sampai DJJ nya ketemu (cepet banget mungkin karena lebih berpengalaman).

Selama induksi terus terang saya hanya merasakan kontraksi palsu yang setelah beberapa menit menghilang. Sampai-sampai bidan yang menangani saya heran. Kok ga kontraksi-kontraksi ibu ini . Dan ba'da maghrib ibu yang di sebelah saya melahirkan duluan secara normal. Haduh keduluan deh...padahal ibunya baru setengah drip. Karena pembatas kami hanyalah tirai, maka bagaimana ibu itu mengejan, teriak2 dengan menyebut nama Allah (kebetulan ibunya muslim) semua terdengar dari bed saya, dan kemudian disusul tangisan bayi perempuan. Masya Allah begitu perjuangan seorang ibu yang melahirkan. Ibunya melahirkan di tanggal cantik 16-06-2016. Terbesit rasa ingin secepatnya melahirkan juga. 

Tetes demi tetes drip saya perhatikan. Ya Allah kenapa dedenya masih stay cool di dalam? ga ada kontraksi sama sekali, sesekali kontraksi itupun hanya kontraksi palsu. Hikz..suami dan ibu saya bergiliran menjaga saya. Alhamdulillah selama menanti saya masih bisa sholat lima waktu (sambil duduk) di tengah keterbatasan saya yang masih diinfus. Sudah 1 drip masuk ke tubuh saya, drip berikutnya pun dipasang. Saya pun berharap di drip kedua ini ada rasa2 mules kontraksi. 

Namun, selama kurang lebih 12 jam sampai jam 11 malam masih belum juga kontraksi, para bidan yang awalnya perhatian sekarang jadi agak cuek. Saya tidak bisa tidur...semalaman saya menunggu siapa tahu kontraksinya di tengah2 malam. Seorang perawat pun datang menghampiri saya, dia berkata bahwa dia mau melakukan pencukuran , katanya buat persiapan besok. Sepertinya besok saya akan 
D-I-O-P-E-R-A-S-I

Jum'at, 17 Juni 201* (12 Ramadhan 143* H)
Subuh pun menjelang, suami, ibu dan adik saya sudah sahur di depan ruangan bersalin. Ayah saya yang datang sesekali menjenguk menanyakan apakah sudah lahiran apa belum, saya jawab masih belum. Semua berdo'a yang terbaik untuk saya dan adik bayi. 

Paginya, suami saya diberitahu bahwasanya operasi harus segera dilakukan mengingat saya telah gagal drip/gagal induksi 20 jam. Tidak ada pembukaan sama sekali. Suami pun menandatangani persetujuan operasi. Jam 9 pagi saya dibawa ke ruang operasi dengan menggunakan tempat tidur dorong (ruang operasi berada di lantai 2). Saya ditanya apakah siap dioperasi, saya jawab Insya Allah...saya sudah pasrah sepasrah-pasrahnya kepada Allah Swt.

Sebelum masuk ruangan operasi (di ruang depan), saya masih menunggu satu setengah jam-an karena masih menunggu nama saya dipanggil. Saya tahu di luar sana keluarga saya sedang cemas menunggu. Tapi apalah daya saya hanya bisa bersabar. Memasuki ruang operasi. Saya cukup deg2an, ruangannya dingin sekali. Dokternya bertanya saya mau operasi apa, yaelah dok perut gede begini masa masih ditanya lagi. "Mau caesar dok". Oh...kirain , soalnya kirain masih kecil kayak anak SMP mukanya, wkwk. Ni dokter sempet2nya bercanda, saya udah deg2an banget (mungkin untuk menghilangkan ketegangan saya). Suntikan demi suntikan menembus tulang belakang saya. Setelah biusnya bereaksi dan kaki saya sudah ga berasa lagi, operasi pun dimulai.

Saya tidak bisa melihat proses caesar berlangsung karena ditutup dengan kain berwarna hijau (seperti gorden kecil). Saya tidak merasakan sakit karena dibius, tapi saya merasakan perut saya seperti dikocok-kocok (kayak orang lagi cuci baju). Sekitar 15 menit kemudian terdengar tangis bayi.....

11.02 WITA

Saya menangis terharu, alhamdulillah anak saya lahir..........Terima kasih Ya Allah. Dokter pun berkata "Selamat ya bu anaknya laki-laki"..............

Umar, kamu telah lahir di dunia ini nak...semoga kamu menjadi anak yang sholeh, cerdas, pintar kebanggaan bunda sama ayah..aamiin..WE LOVE YOU..



(bersambung)
Read More

Wednesday, January 11, 2017

Kelahiran My Baby Boy: UMAR (part 1)

Assalamu'alaykum Wr Wb

Alhamdulillahirobbil'alamiin

Segala puji bagi Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada makhluk-Nya.....

Sudah lama sekali rasanya saya ingin berbagi cerita tentang proses kelahiran anak petama saya:
"Muhammad Umar". 
Anak yang terlahir dari rahim saya melalui operasi Caesar tanggal 17 Juni 201* di rumah sakit umum daerah Wangaya, Denpasar, Bali

Sebelum saya bercerita, mungkin saya kemukakan dulu ya alasan kenapa baru sekarang saya bisa menulis. Selain karena kesibukan saya menjadi seorang mahmud (mamah muda), blog saya sempat terkena deindex Google. Deindex itu benar-benar membuat saya kehilangan semangat untuk menulis. Tapi alhamdulillah, setelah perjuangan panjang akhirnya blog saya bisa kembali seperti sedia kala. Namun, kesibukan mahmud yang benar-benar totalitas membuat saya belum bisa menulis seperti waktu masih belum punya anak dulu . Baiklah mari kita flashback sebelum saya melahirkan Umar....



****
Saya membutuhkan waktu hampir 10 bulan untuk 'harus' mengerti bagaimana caranya menjadi seorang Ibu. Jujur, karena menjadi seorang ibu itu tidak ada sekolahnya, jadi mau ga mau ya saya harus banyak-banyak mencari tahu. Bagaimana tidak, saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara dimana adik-adik saya semuanya laki-laki. Pun saya jauh dari orang tua, kecuali setelah cuti tiga bulan. Jadi referensi bagaimana cara melahirkan normal, merawat bayi, memberi ASI, dsb semuanya saya cari sendiri. Referensi teman-teman seangkatan yang sudah lebih dahulu memiliki anak lumayan membantu saya untuk belajar hal-hal yang masih amat sangat baru bagi saya. Mbah google, grup di Facebook, dan juga youtube merupakan laman yang tidak luput dari keseharian saya. Juga aplikasi Shopee yang benar-benar memanjakan saya membeli barang-barang kebutuhan dan perlengkapan bayi saya (secara gratis ongkir, hehehe ).

Kenapa hampir 10 bulan?karena Umar lahir jauh setelah hari perkiraan lahir (HPL), tepatnya 41 minggu lebih 5 hari. Hampir 42 minggu terhitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) saya. Cukup lama saya menunggu tanda-tanda alami menjelang persalinan yang tak kunjung datang....
****
"Mas, cutinya nanti sebelum HPL aja ya? soalnya dari pengalaman temen-temen ade yang pernah melahirkan, mereka lahirannya sekitar 37-39 minggu atau 2 mingguan sebelum HPL.."
"Yah, nanti cepet pulangnya dong, mas ngambil cuti pas HPL aja ya?"
"Lah nanti kalo ade lahiran duluan gimana?"
"Ya ga papa, yang penting kan mas bisa lihat debaynya lebih lama"
"&^$$%%&% "

Rasa khawatir pun mulai berkecamuk dalam dada saya, bagaimana tidak, ini adalah persalinan pertama saya dan sangat membutuhkan kehadiran suami saya. Kangen, rindu, takut, cemas, panik semuanya jadi satu. Beberapa kali saya periksa kandungan menjelang HPL bersama ibu dan adik saya karena suami sudah balik ke Gorontalo setelah mengantarkan saya ke Bali. Tapi kalau dipikir-pikir iya juga sih, gimana kalau lahirannya setelah HPL berarti kan suami bakal lebih cepet balik di saat saya benar-benar membutuhkannya...

Saya pun searching-searching, beberapa sumber menjelaskan bahwa biasanya bayi laki-laki itu lahirnya memang setelah HPL. Dan hanya 5 persen ibu yang melahirkan tepat di hari prediksi dokter kandungan. Saya pun mulai positif thinking dan berdoa mudah-mudahan si dede lahirnya setelah ayahnya datang. Beberapa kali saya ngobrol sama si dede di dalam perut, "De, nanti lahirannya setelah ayah datang ya.."

Kesibukan saya sebelum melahirkan adalah belajar menjadi seorang ibu, belajar TOEFL dan berpuasa (ganti puasa tahun sebelumnya ada 7 hari). Saya baru mengganti puasa karena saran bidan supaya berpuasa setelah kehamilan lebih dari 7 bulan. Karena janin masih sangat membutuhkan nutrisi dan mencapai berat normal yaitu di atas 2,5kg. HPL saya adalah 5 Juni 2016 dan 6 juni saat itu awal bulan Ramadhan 1438H. Alhamdulillah puasa saya berjalan lancar, saya juga sempat menjalani ibadah puasa Ramadhan selama 4 hari, jadi total hutang puasa saya masih 26 hari yang belum terbayar. Semoga bisa segera lunas sebelum Ramadhan tahun depan. Aamiin..

Kontrol kehamilan selama di Bali menjelang persalinan saya lakukan seminggu sekali. Ke bidan Sulini 3 kali, ke rumah sakit Kasih Ibu 2 kali, ke puskesmas Dauh Puri 1 kali, dan ke Puskesmas Denpasar Barat II 1 kali. Niat awal saya, saya berencana untuk melahirkan secara NORMAL di bidan saja. Karena dahulu ibu saya melahirkan di bidan, kebetulan juga di bidan Sulini. Selama kontrol di bidan, saya diberikan vitamin dan juga pil yang katanya sih supaya cepat terjadi kontraksi. Usia kandungan saya saat itu sekitar 37-38 minggu. Di minggu-minggu penantian itu saya lebih sering untuk jalan-jalan pagi supaya persalinan lancar...

Minggu minggu mendekati HPL terasa deg2an buat saya. Sesekali saya mengecek apakah air ketuban saya merembes atau tanda2 lain seperti keluar bercak darah, dll. Namun, tanda2 itu masih belum ada..yang paling sering hanya konpal (kontraksi palsu) yg setelah beberapa menit kemudian menghilang dengan sendirinya. Konpal memang sudah sangat sering saya rasakan terutama di minggu 32 ke atas. Rasanya konpal itu seperti rasa sakit dan nyeri selama sekian detik dan perut terasa sangat kencang mungkin jg akibat pergerakan dede yang sudah semakin membesar dengan ruang gerak terbatas. Kemudian setelah beberapa menit rasa sakitnya menghilang tanpa diiringi rasa sakit yg terus menerus seperti kontraksi asli.

Di bidan sulini dan juga puskesmas tidak tersedia usg, sehingga saya kontrol kehamilan lagi di RS Kasih Ibu Denpasar ditemani ibu saya. Rumah sakit swasta yang jaraknya sangat dekat dengan rumah saya. Hasil usg menyatakan bahwa bayi dalam kandungan saya sehat2 dan air ketuban juga masih banyak, berat debay juga sudah di atas 3 kg. Kata dr. Prima (saya memilih jam praktek dr perempuan), mungkin sebentar lagi saya akan melahirkan. Saya disuruh kontrol lagi minggu depan. Mengenai biaya melahirkan saya memperoleh beberapa referensi. Melahirkan normal di bidan sulini 1,8juta jika tidak memakai infus dan obat2an, sedangkan jika pakai sekitar 2,3juta. Untuk biaya melahirkan di rumah sakit kasih ibu, normal 3-4juta sedangkan sectio caesaria (SC) 8 jutaan kata dr. Prima. Saat itu tidak ada dalam bayangan saya untuk melahirkan secara SC. Budget pun saat itu memang saya persiapkan untuk lahiran normal. Mengingat SC yg begitu mahal dengan resiko yg katanya sangat tinggi. Mahal, ya tentu saja mahal karena referensi yg saya dapat dr mbah google selain di rs kasih ibu biaya melahirkan SC sekitar 15-24 juta ke atas. Wow banget ya!!

Tanggal 4 Juni 2016, suami saya datang. Saya sangat senang sekali, dengan begitu saya pasti akan dimanjakannya. Diantar kemana2 dan diajak makan di luar sesuka yang saya mau. Ke pizza hut, hokben, dunkin donuts, mie ayam beli es buah beli bubur kacang ijo semua dituruti. Waktu itu saya seneng banget karena ngidam2 saya pada kesampaian semua (alhamdulillah umar sekarang ga ngileran hehe). Suami pun senantiasa mengajak saya jalan-jalan sore ke lapangan puputan badung dan lapangan puputan margarana yang luas banget itu. Sekali atau 2 kali putaran yang penting saya jalan siapa tahu cepat kontraksi.




5 juni 2016, tanggal HPL saya. Tapi tidak ada tanda-tanda kontraksi sedikitpun. Saya galau sekali, banyak yang sudah menanyakan sudah lahiran apa belum, kok lama sekali..Esok harinya adalah Puasa Ramadhan 1437 H, alhamdulillah saya berpuasa walaupun cuma sampai hari keempat. Karena saya khawatir debay dalam kandungan saya.

Apalah yang saya lakukan waktu itu selain searching, searching dan searching walaupun terkadang membuat saya semakin galau. Nah, saya dapat informasi dr mbah google kalau peserta BPJS biaya melahirkannya ditanggung. Rinciannya adalah normal 600 ribu, SC free asal ada rujukan dari faskes tingkat I. Seriusan free? saya masih ragu. Tapi yang jelas saya ingin memanfaatkan kartu yang setahun yang lalu saya urus di Tilamuta. Saya pun minta tolong suami saya untuk mengurus pindah faskes saya ke kantor BPJS Denpasar. Alhamdulillah prosesnya sangat cepat mungkin juga karena loket BPJS untuk PN* terpisah dengan yang umum.

Seingat saya pindah faskes itu ga perlu rekomendasi dr faskes sebelumnya. Cukup menyertakan syarat-syaratnya seperti fc ktp, fc kartu bpjs lama, dan kartu keluarga. Alhamdulillah, sekarang faskes tk. I saya adalah puskesmas Denbar II. Setelah kepengurusan pindah faskes BPJS saya, alhamdulillah saya sedikit lebih lega karena ibarat sedia payung sebelum hujan untuk hal-hal yang di luar dugaan.

Hari berganti hari, tetapi tanda-tanda cinta dari debay belum ada, kecuali hanya kontraksi-kontraksi palsu saja. Minggu ini tepat usia kandungan saya 41 minggu, saya dan suami memeriksakan kandungan ke dokter Prima di RS Kasih Ibu. Kata dokternya kandungan saya baik-baik saja, hanya jika minggu depan masih belum ada kontraksi maka saya disuruh ke RS untuk cek NST...NST itu katanya sih untuk mengukur detak jantung bayi sebelum dilahirkan. Hingga minggu depan tepatnya hari senin masih belum ada tanda-tanda kontraksi, minggu ini usia kandungan saya 41 minggu lebih 1 hari. Saya pun memeriksakan kandungan saya ke Puskesmas Denbar II, saya dan suami saya ga tahu lokasinya dan hanya bermodalkan google map dan bertanya sama orang-orang sekitar. Di puskesmas, saya diperiksa sama beberapa perawat yang sepertinya lagi ujian praktek. Lama juga sih jadinya, karena mereka benar-benar pelan-pelan banget (mungkin biar dapet nilai A kali ya, hihi). Nah, di puskesmas saya menyampaikan keluhan bahwa belum ada tanda-tanda kelahiran hingga saat ini. Akhirnya saya diberikan surat rujukan untuk periksa ke Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya karena saya termasuk kategori post partum (lewat HPL). Bidannya melihat catatan buku KIA saya.

"Belum pernah cek darah ya?"
"Belum ses..". "Kalo gitu ibu test darah lengkap (TDL) dulu ya, salah satunya untuk menegcek apakah HIV atau tidak.." "Ok Ses". Test berlangsung cepat, tapi menunggu hasilnya yang lumayan lama kurang lebih satu jam an. Alhamdulillah hasil test darahnya semuanya bagus, dan negatif HIV...


Hari rabu tanggal 15 Juni 201*, saya ke RSUD Wangaya untuk kontrol terakhir. Antrinya cukup lama, tapi sudah bersistem jadi terjadwal. Kontrol kehamilan seperti biasa diawali dengan nimbang badan, cek darah lagi (alhamdulillah cek darah normal dan tidak ada indikasi preeklampsia), dan USG. Hasil USG menyatakan bahwa air ketuban saya tinggal sedikit, jadi harus langsung rawat inap di ruang dara...........





(Bersambung)

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Pengunjung Blog

Labels

A EKMET (1) A MACRO (1) A MATEK (1) A MENULIS (1) A MICRO (1) ENGLISH (13) ISLAMI (9) KISAH (24) KUE (2) KULINER (3) LEARNING (23) Menjahit (6) MONICLENS (8) MY CREATION (12) MY LOVELY FAMILY (17) NGAJI (1) NOSTALGIA (14) PUISI (7) RESENSI FILM (6) STORY (38) TAJWID (1) TESTIMONI (2) TIPS dan TRICK (16) TRAVELLING (40) TSAQOFAH (1) Umar (9)

Alih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Monica Oktavina. Powered by Blogger.

Blog Archive

Flag Counter

Flag Counter

About Blogger

Hello guys, I am a mother of two kids, hopefully this blog useful for you, do not forget to follow this blog to get more information ^_^ (Instagram: moniceoktavina12. Youtube: Monica Oktavina) Contact Us: moniceoktavina@gmail.com

PRIVACY POLICY

Copyright © Monice and Family | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com