Menjadi wanita karrier dan seorang istri bagaikan 2 sisi mata uang yang berbeda. Kenapa? Karena bukanlah hal yang mudah untuk menjalankan 2-2nya sekaligus secara beriringan. Dan jika bisa beriringan, tentunya sesekali terbesit rasa capek dan kurang bersemangat. Slogan Profesional, Integritas, dan Amanah yang selalu disematkan baik dalam majalah bulanan instansi ataupun petuah dari atasan sepertinya masih kurang "mengena" dan kurang "menjewer" untuk bisa mengembalikan semangat ini.
Tiba-tiba teringat sebuah pengalamanku selama berkecimpung di dunia persatistikan. Dimana pengalaman ini sering aku temui dan jika mengingatnya mataku sering berkaca-kaca.
Tiba-tiba teringat sebuah pengalamanku selama berkecimpung di dunia persatistikan. Dimana pengalaman ini sering aku temui dan jika mengingatnya mataku sering berkaca-kaca.
Yang pertama adalah ketika aku masih di sekolah tinggi kedinasan, waktu itu aku tingkat 3 dan ditugaskan untuk menjadi petugas Monitoring Kualitas SP2010 di Nusa Tenggara Timur. Saat itu usiaku masih muda (wkwk), kesempatan untuk mengunjungi pelosok desa di Timor Tengah Selatan merupakan pengalaman yang sangat berkesan buatku. Nama desanya adalah Mollu Utara....
Mollu Utara adalah desa tertinggi di TTS, dan jangan bayangkan semua wilayah di NTT itu tandus dan gersang. TTS merupakan kabupaten paling sejuk dan dingin di NTT, rasanya seperti di puncak. Karena di Kabupaten ini terdapat Gunung Tertinggi di Pulau Timor yaitu Gunung Mutis. Disanalah aku menemukan kata-kata berharga yang sanggup mengembalikan semangatku untuk bekerja.
Ketika aku sampai di desa itu (perjalanan yang penuh perjuangan), aku bergidik kedinginan, karena pada saat itu hujan deras turun di desa ini. Rasanya menusuk sampai ke tulang. Brrrrr.... Kami (aku dan Korlap serta mitra) berteduh di sebuah pasar yang bernama "Kapan". Yang aku heran walaupun ini desa terpencil tapi masih ada Bank milik negara yang siap melayani :D. Lumayan bisa ngambil uang di ATM kataku...Di sana aku ingin membeli sarung tangan saking dinginnya aku ga tahan. Tapi di beberapa toko yang aku kunjungi ga ada yang jual sarung tangan. Akhirnya aku membeli kaos kaki (*gubrak) dan sejumlah kresek hitam untuk membungkus kakiku yang sudah hampir membeku dan mengkerut.
Sudahlah itu tentang kedinginanku disana, esoknya aku sudah persiapan sepatu boots, sarung tangan agar sepatuku tidak basah dan kedinginan lagi. Sepatu boots penting karena tanahnya becek sekali (sudah hujan, becek, ga ada ojjek :D)
Next...
Desa yang dekat dengan daerah Kapan, merupakan daerah yang cukup mudah dijangkau. Aku lumayan mudah untuk melakukan monitoring. Selanjutnya saat hari ketiga, aku menyusuri sebuah desa yang terletak di puncak Gunung Mutis, aku lupa nama desanya (pokoknya deket sama Fatumnasi). Karena aku tidak tahu arah jadi untuk melakukann monitoring aku didampingi 3 orang mitra yang sedang mendata juga (aku datang di tengah bulan pendataan). Untuk mencapai satu rumah ke rumah yang lain itu sangat penuh perjuangan bahkan ada rumah yang diseberang danau.
Tapi aku tidak sampai menyebrang danau, hanya melihat dari kejauhan. Disana walaupun hujan turun gerimis dan suhu yang dibawah rata-rata, para mitra itu sangat gigih mencari data dari satu rumah ke rumah yang lain (gempor banget deh ni kaki rasanya). Meski banyak rintangan dan hambatan serta keterbatasan sinyal dan alat-alat penunjang (misalnya jas hujan dan sepatu boots). Mereka tetap semangat 45. Aku pun bertanya kepada salah seorang mitra yang saat itu hanya beralas kaki sandal jepit lusuh, topi yang agak basah "Bapak ga kedinginan?terus ga capek pak mendata sampai ke pelosok-pelosok hutan??" Dia menjawab dengan logat NTT-nya "Ini tugas negara ibu, mungkin sa belum pernah ikut berjuang dengan senjata untuk membela negara, tetapi dengan data yang sa kumpulkan mudah-mudahan berguna bagi bangsa dan negara ini demi Indonesia yang lebih maju lagi". Mendengar kata-kata itu aku yang sudah kelaparan sejak dari tadi pagi (ga ada yang jual makanan) langsung berkaca-kaca, dan tidak berkata apa-apa lagi.
Esoknya setelah menyelesaikan tugasku, akupun berpamitan dengan mereka semua yang telah membantuku dalam memonitoring, aku memberikan sepatu bootsku dan jas ujanku kepada Korlap Desa disana.
....
Jika mengingat kejadian di desa nun jauh itu aku selalu kembali semangat lagi. Malu rasanya jika aku mengeluh dan tidak mengoptimalkan kerjaanku. Para pencari data saja bisa gigih seperti itu mengapa aku yang mengolah dan menganalisis data saja masih seperti ini?? Belum lagi KSK disini juga gigih-gigih dengan wilayah kerja yang jauh-jauh. Dengan senyuman akupun kembali melanjutkan aktivitasku untuk perstatistikan dan menjalankan Tugas Negara ini sebaik mungkin...
Boalemo, 7 Maret 2014
By: Monica
0 komentar:
Post a Comment