![]() |
Kelas B |
![]() |
Angkatan 2021 |
![]() |
Pelepasan Kelulusan |
![]() |
Kelas B |
![]() |
Angkatan 2021 |
![]() |
Pelepasan Kelulusan |
Bismillah..
Ga terasa 2 tahun sudah sy melewati proses perkuliahan dengan berbagai macam tantangan dan ujian. Waktu yang sebenarnya terbilang lumayan singkat untuk menempuh sebuah studi, karena pengalaman sebelumnya untuk memperoleh sarjana itu 4 tahun, sedangkan magister secara normal hanya 2 tahun. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa. Dan saya ga akan pernah bisa melewatinya dengan baik tanpa pertolongan Allah. Pertolongan Allah melalui teman-teman yang baik, dosen-dosen yang berkualitas, dan dalam banyak hal. Utamanya, dengan sistem perkuliahan yang waktu semester 1 dan 2 masih dilakukan secara online. Masa-masa di mana saya lebih sering begadang di malam hari karena lebih tenang untuk menyelesaikan tugas ketika anak-anak sudah terlelap dalam tidurnya.
Perjalanan menempuh kampus juga penuh dengan effort karena harus ditempuh dalam waktu 2,5 jam jika menggunakan mode transportasi kereta, ataupun dengan menggunakan grab/gocar yang bisa menghemat waktu 1 jam. Akan tetapi, tentunya mengeluarkan cost yang lebih besar 3 kali lipat dibandingkan dengan naik kereta. Waktu tempuh dari rumah ke stasiun bekasi sekitar 30 menit, kemudian ke stasiun manggarai sekitar setengah jam, dari manggarai ke stasiun UI setengah jam, ditambah dengan waktu menunggu kereta sekitar kurang lebih 30 menit, waktu berjalan dari stasiun ke kampus sekitar 15 menit naik bus kuning. Jika PP dengan menggunakan kereta dan ojek mungkin biayanya sekitar 80rb rupiah, sedangkan dengan mobil PP sekitar 300rb rupiah.
Pengalaman di semester ke 4 memang sudah fokus ke tesis. Pemilihan topik tesis merupakan masa-masa kegalauan di akhir semester 3 dan menjelang semester 4. Karena di awal semester 4 kita sudah harus mengajukan nama dosen pembimbing, dan persiapan data-data yang dibutuhkan. Itu berlangsung sangat singkat, jadi antara topik, data, metode itu benar-benar sudah harus dimatangkan saat liburan semester dari 3 ke 4. Jika sedikit saja kita meleset dari jadwal maka agenda yang sudah kita susun di awal akan sangat keteteran. Kemudian, untuk data yang digunakan kita juga harus bisa memastikan bahwa data tersebut memang benar-benar ada dan kalaupun harus meminta ke instansi atau lembaga terkait sebaiknya sudah dilakukan di jauh-jauh hari. Alhamdulillah, di labkom kampus data-data yang saya butuhkan tersedia dan dapat memintanya dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh kampus.
Jujur tantangan terbesar saya di luar penulisan tesis adalah belajar syntax-syntax dasar stata yang jujurly saya masih awam. Karena saya menggunakan raw data, jadi saya belajar dari awal bagaimana cara penggabungan data individu dan RT (combine data, append data set), pembentukan variabel penelitian, penggunaan syntax-syntax regresi, uji-uji, dsb. Alhamdulillah dengan waktu yang mungkin bersihnya sekitar 1-2 bulan saya berhasil menyusunnya. Tapi, ga semudah itu saya langsung bisa ya, terkadang beberapa hari kepala saya terasa pusing dan panasnya sampai ke ubun-ubun rasanya kalau ada yang belum bisa/buntu. Wallahu a'lam biasanya kalau sudah sepaneng seperti itu saya berhenti sejenak untuk beres-beres rumah, bermain bersama anak-anak, dsb sampai mood saya mengerjakan datang lagi dan.....entah dari berbagai sumber google/yutub, ada saja petunjuk Allah yang datang. Sungguh itu bener-bener ga bisa dijelasin pakai kata-kata ya, seperti ada jalannya gitu misalnya saya mengetik di google/yutub terus muncul penjelasan dari artikel/jurnal/website yang saat itu cara itu atau langkah itu yang bisa membantu saya menyelesaikan kebuntuan saya..Dan itu berlangsung berkali-kali. Maasyaa Allah...
Kemudian, saya juga harus cermat dalam mengikuti jadwal-jadwal yang ditetapkan kampus jika ingin lulus semester ini. Mulai dari jadwal seminar proposal, seminar hasil, dan ujian tesis. Jadwal-jadwal itu hanya sekitar 3-4 minggu dari jadwal sebelumnya. Jadi butuh effort yang sangat tinggi supaya bisa lulus. Namun, ada beberapa holiday yang saya spend tanpa ngerjain tesis misalnya hari raya Idul Fitri dan Idul Adha yang memang fokus untuk beribadah dan bersilaturrahmi. Berdasarkan pengalaman saya, yang lumayan agak berat itu waktu sempro yang pas lagi menjalankan ibadah puasa. Bener-bener tidak akan terlupakan, maasyaa Allah..
Setelah sempro, berlanjut ke semhas. Saat itu, saya mendapat jadwal di awal sehingga saya tidak bisa menyaksikan teman-teman saya semhas terlebih dahulu. Alhasil semhas yang saya paparkan cukup sederhana dan alhamdulillahnya masih lulus meskipun dengan banyak sekali revisi. Tiga minggu kemudian, sampailah di hari ujian sidang di mana saya berbekalkan penyelesaian revisi dari sejak seminar hasil. Selama kurang lebih 1,5 jam proses ujian sidang berlangsung, saya disuruh menunggu di luar untuk keputusan apakah lulus atau tidak. Dan........begitu saya dipanggil masuk ke dalam, "Selamat, kamu lulus................"
Tapi revisinya jangan lupa ya..
Bismillah,
Mendekati kelulusan (aamiin) semester genap nanti, itu artinya sudah akan aktif lagi di dunia official. Alhamdulillah sudah hampir 2 tahun, mengurus rumah tanpa bantuan asisten rumah tangga. Berbagi tugas sama suami, dan terkadang anak-anak dititip di daycare jika kuliah. Meskipun capek, tapi rasa happy tidak terkirakan dibandingkan saat bekerja. Jujur, memiliki anak itu adalah tanggung jawab yang sangat luar biasa besarnya, karena tanggung jawab itu bukan hanya beberapa bulan setelah melahirkan (dengan adanya cuti melahirkan pegawai yang hanya 3 bulan), tetapi bertahun-tahun setelahnya sampai si anak bisa mandiri mungkin SMP atau SMA. Itupun kita sebagai orang tua sering cemas bagaimana keadaan anak di rumah selama di kantor. Seringkali terbesit pikiran seandainya dekat dengan orang tua....
Sungguh terkadang pikiran-pikiran itu sering sekali muncul. Dalam benak selalu teringat ketika anak-anak pulang kampung dan bersenda gurau dengan nenek datuknya. Ah, seandainya jarak begitu dekat dan tidak memisahkan kami..tapi, pikiran itu segera aku tangkas lagi ketika mulai tersadar bahwa takdir ini yang harus dijalani. Bahwa kita tidak bisa bergantung pada manusia, tetapi bergantung pada Pemilik Alam Semesta. Bahwa ternyata masalah itu akan selalu ada di manapun kita berada. Bagaimana kita bisa menghandle semuanya jika tanpa Allah? Ujung-ujungnya adalah tawakkal, apa yang kita usahakan, apa yang kita lakukan semuanya kembali lagi berserah diri. Bahkan kita berada di titik kita saat ini itu hanyalah karena Allah yang memberikan bantuan dan rezeki kepada kita.
Mengubah mindset seperti itu memang tidak mudah, tetapi itulah hidup. Tidak semua yang kita jalani akan indah terasa, akan ada batu-batu kerikil yang terkadang membuat kita tersandung. Kenapa tawakkal? karena hanya kita sebagai muslim yang tahu makna tawakkal itu. Bahkan di negara paling beradab sekalipun seperti Jepang atau Korea Selatan. Kenapa angka kelahiran di sana semakin rendah dengan tingkat suicide yang tinggi? ya karena mereka tidak mengenal tawakkal. Prinsip-prinsip ekonomi kapitalis menguasai pikiran anak-anak muda sehingga tidak ingin memiliki anak yang akan memakan biaya hidup sangat tinggi.
Biaya hidup memang semakin tinggi, tapi rahmat Allah begitu luas...apapun bisa Allah kabulkan jika kita percaya bahwa Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Maka dari itu, penting sekali menanamkan ilmu agama kepada anak-anak kita di tengah kondisi dunia yang tidak lagi seperti zaman dahulu. Di era yang semuanya serba digital, dan anak-anak lebih terbiasa dengan gadgetnya dibandingkan bukunya. Wallahu a'lam, sekelumit cerita di malam hari yang membuat pikiran sedikit lega setelah dituliskan. Semoga Allah senantiasa memberikan kita jalan keluar atas permasalahan-permasalahan yang kita hadapi, aamiin..
Alhamdulillah tahun 2022 adalah tahun kedua di mana saya menjadi mamasiswa semester 2 dan 3 di UI. Yupz mamasiswa, mahasiswa sekaligus seorang mama bagi kedua anak saya yang masih usia toodler (balita) dan satu lagi menginjak usia 6 tahun. Walaupun mengalami up and down dalam menjalani kedua peran tersebut, tetapi terus terang saya bahagia sekali karena bisa menjalani keduanya tanpa harus banyak keluar rumah. Semester 2 masih saya jalani secara online (maasyaa Allah seneng banget), walaupun jadwal kuliah lumayan padat dan banyak tugas tetapi saya cukup mendengarkannya lewat zoom. Ujian pun masih dilaksanakan secara online, kecuali ujian makro ekonomi yang diwajibkan ke kampus. Sebenarnya sudah hampir 1,5 tahun saya tidak lagi mempekerjakan ART (asisten RT) dalam mengurus rumah dan anak-anak. Banyak pertimbangan sehingga akhirnya saya memutuskan untuk tidak memiliki pembantu karena saya ingin anak-anak lebih mandiri dan tidak manja, juga saya yang bisa mengatur rumah sebaik mungkin dibandingkan saat bekerja. Konsekuensinya ya hampir semua kerjaan rumah saya yang handle, kecuali cuci dan jemur baju dikerjakan sama suami sebelum berangkat ke kantor.
Akan tetapi, tentunya dengan tidak memiliki ART saya harus mencari jalan bagaimana supaya anak-anak saya ada yang menjaga khususnya ketika saya sedang kuliah strict (kalau dosen harus oncam) dan juga ketika saya ujian. Saya mencari daycare terdekat dari kontrakan (oh iya di tahun 2022 saya juga sudah mulai ngontrak, sebelumnya tinggal di rumah mertua). Alhamdulillah, ketemu dengan sebuah sekolah yang ada daycarenya. Awalnya saya merasa agak ragu memasukkan anak-anak disitu, karena tempatnya tidak sebesar daycare lain. Namun, saya memantapkan hati karena biaya yang dikeluarkan lebih murah apalagi harus dikali dua. Di sana juga anak-anak bisa dititipkan tidak full day (half day), dan di waktu-waktu tertentu saja bisa full day dengan biaya tambahan. Alhamdulillahnya lagi, di sekolah itu juga menyediakan jasa antar jemput anak yang sangat memudahkan saya yang belum memiliki motor dan jika ada kuliah pagi sesi 1. Alhamdulillah semester 2 berjalan dengan lancar, walaupun nilai IPK saya agak turun karena saya mengambil 3 SKS tambahan dan lumayan agak keteteran. Pertimbangan saya mengambil 3 SKS tambahan (total 16 SKS) adalah saya bisa kuliah di semester selanjutnya dengan lebih sedikit mata kuliah (mencegah jika semester 3 harus offline). Beratnya kuliah di semester 2 sangat terbantu dengan teman-teman seangkatan saya yang memberikan rekaman video saat zoom (sehingga bisa saya ulang kembali) dan juga latihan-latihan soal dari asisten dosen.
Akhir semester 2 midterm, saya libur sekitar 3 bulan. Seneng banget, jadi kerjaan saya cuma ngurusin anak-anak. Saya juga liburan ke Bali, ke rumah orang tua saya dan di sana sekitar 1 bulanan. Kami ke sana dengan menggunakan bus darat karena Ahmad masih belum vaksin covid jadi ga bisa naik pesawat. Ada beberapa kejadian di bus yang lumayan menegangkan, jadi bus kami sempat mogok di jawa timur karena bus mengeluarkan asap di dalam. Kejadian itu berlangsung lumayan lama, dan bus tidak bisa berjalan normal (sangat lambat) supaya mencegah asap keluar lagi. Sesampainya di Surabaya, bus baru bisa dibenerin walaupun terus terang saya agak trauma sama bau asap di dalam bus. Saat menyebrang Gilimanuk, itu bertepatan dengan kondisi di mana semua planet sejajar yang katanya bisa menyebabkan air laut pasang di jam 00.00. Alhamdulillahnya, adik dan ibu saya menjemput di Gilimanuk sehingga kami bisa keluar dari screaming bus itu.
Liburan sebulan di Bali benar-benar puas banget, karena dekat sama orang tua dan adik. Kerjanya cuma makan, tidur, jalan-jalan dan ngempu anak-anak. Lebaran Idul Adha juga kami bisa sholat Ied di Bali, dan anak-anak senang sekali. Kami juga pergi ke rumah datuk dan saudara-saudara di Bali. Setelah itu, suami menjemput untuk pulang ke Bekasi. Liburan usai, saya harus melanjutkan semester 3. Semester ini hanya 5 SKS, dua mata kuliah saja karena saya sudah mengambil 1 mata kuliah tambahan di semester sebelumnya. Seperti dugaan saya sebelumnya, perkuliahan di semester 3 dilaksanakan secara offline. Jadinya, beberapa kali saya harus ke kampus untuk kuliah. Akan tetapi, saya memilih untuk tidak ngekos karena saya rasa masih bisa commuter Bekasi-Depok. Alhamdulillahnya hanya 60% pertemuan saja yang offline, selebihnya masih bisa online dengan zoom (ke kampus hanya seminggu sekali atau kadang 2 minggu sekali). Pergi ke kampus dengan jarak lebih dari 60 km membuat saya harus memprediksi keberangkatan saya walaupun beberapa kali saya sering telat akibat terlambat dapat kereta ataupun keretanya yang berangkatnya telat.
Kalau ada jadwal kuliah atau ujian offline, saya harus berangkat dari Bekasi 2,5 jam sebelumnya. Yang membuat saya kurang bisa memprediksi waktu dengan tepat sebenarnya mempersiapkan anak-anak untuk berangkat ke sekolah dan daycarenya. Itu bener-bener perjuangan banget sih. Mempersiapkan dari mulai bangunnya yang agak susah, mandinya dan memastikan mereka cukup sarapan. Setelah itu saya ke kampus dengan menggunakan gojek ke stasiun dan naik KRL menuju stasiun UI (kereta tujuan Bogor peron 12-13 kalo berangkat dan peron 8 tujuan Bekasi/Cikarang kalo balik ke Bekasi). Pernah telat banget pas sesi 1 (suami berangkat duluan ke kantor), karena saya pakai gocar dan estimasi pasti sampai 1 jam ga tahunya macet di tol panjang dan lama banget, baru sampai di kampus jam 9.15 padahal ngampus mulai jam setengah 9. Untungnya dosennya agak telat, tetapi tetap saja saya lebih telat dari dosennya (hikz). Kuliah sesi 1 saya akui memang paling berat karena ga bisa diprediksi di jalanan apa yang terjadi. Akhirnya di pertemuan selanjutnya, saya memutuskan untuk ikut suami dan minta tolong diantarkan ke stasiun. Tapi..tetap terlambat karena kali ini keretanya yang ga berangkat-berangkat lebih dari 40 menit. Yowislah akhirnya telat...serius malu sih karena sering telat, tapi ya resiko saya karena memilih untuk commuter.
Jujurly, selama kuliah karena keseringan online, jadi saya kurang terlalu dekat dalam bergaul (dan memang saya agak introvert). Tapi ada satu orang temen deket saya, dan uda kayak mates gitu. Alhamdulillah banget selama kuliah saya jadi semangat apalagi kalau ada materi yg saya kesulitan mencerna, kami berdiskusi. Ya mungkin Allah memberikan pertolongan selama kuliah lewat dia, apalah daya saya cuma emak-emak anak dua yang mengalami capability deprivation karena usia. Banyak tugas yang saya sering nanya ke dia gimana maksudnya termasuk di saat memilih dosbing yang bener-bener galau banget. Walaupun pilihan dosbing kami berbeda, tapi tetap kami masih sering berdiskusi. Mudah-mudahan pilihan saya tepat, walaupun agak deg-degan juga karena deadline tesis dan publikasi otomatis semakin dekat...
Hari ini 1 Januari 2023, di tahun ini saya awali dengan berdoa mudah-mudahan lebih baik dari tahun sebelumnya. Mudah-mudahan dilancarkan seminar, sidang tesis dan accept publikasi sehingga saya bisa lulus dan wisuda tepat waktu (Juli-Agustus 2023). Jika sudah lulus nanti, artinya saya harus melanjutkan perjuangan saya bekerja di instansi yang telah memberikan saya beasiswa kuliah. Semoga urusan-urusan kami dimudahkan, kami semua diberikan kesehatan, keselamatan terutama anak-anak mendapatkan sekolah dan pendidikan terbaik. Semoga orang tua saya juga senantiasa diberikan kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan. Aamiin Ya Robbal'alamiin....
Bismillah..
Rasanya ingin sekali pulang kampung, melihat senyum terakhir nenek tapi ga bisa..
"Bile kau nak pulang?" (Kapan kamu pulang?) Adalah kata-kata yang sering sekali aku dengar dari nenek ketika aku masih sekolah di MAN negara karena dulu sy juga tinggal di asrama. Sambil membuat sirih pinang dan menguleknya pada sebuah batu. Yah nenek memang sangat suka memakan sirih pinang. Nenekku sangat mirip dengan opa yang ada di upin dan ipin. Sedikit2 dia tertawa kecil dan selalu teringat tentang bapak di denpasar..Terkadang aku suka sekali tidur di tempat tidurnya dan menunggu nenek selesai sholat. Aku masih teringat ketika sakit, nenek memijitku dan memberikanku obat. Kenangan bersama nenek selama bersekolah di MAN tidak akan pernah aku lupakan..Dan waktu cepat sekali berlalu..
Jumat, 4 Februari kemarin nenek saya telah berpulang ke Rahmatullah. Kabar nenek meninggal pertama kali sy tahu dari adik saya yang pertama. Hanya saja kabar tersebut masih belum saya dapat dari bibi saya di kampung. Selepas maghrib, saya mengantar anak saya pergi ke dokter untuk berobat karena kakinya yang masih sakit. Sudah 7 hari anak saya belum bisa berjalan kembali karena kakinya sulit digerakkan.
Sepulang dari dokter, saya mendengar kabar meninggalnya nenek saya dari bibi melalui whatsapp. "Neneknya sudah meninggal sudah tidak ada umur..". Ya Allah rasanya sedih sekali mendengarnya..
Saya ga bisa berbuat apa-apa hanya mendoakan dari jauh, dan membacakan surat Yasin melalui video call. Ingin rasanya segera flight terus melihat wajah terakhir nenek..tapi ga bisa. Hanya melalui video call saya dapat melihat wajah terakhir nenek..
Semoga nenek husnul khotimah, diterima amal ibadahnya, diampuni dosa-dosanta, dilapangkan kuburnya dan diberikan tempat kembali di surga Nya..aamiin Ya Robbal'alamiin..
Bismillah,
Baru saja sembuh dari penyakit flu seminggu yang lalu, kemudian si gadis kecil kakinya keseleo..sebagai seorang ibu ga bisa diungkapin pake kata2 rasanya..ya pastinya sedih..Kejadiannya sebenernya ga terlalu mengkhawatirkan sebab si gadis kecil keseleo dari kasur yang hanya setinggi ga sampe 30cm. Tapi kejadian itu ternyata membuatnya sulit untuk berjalan sudah 3 hari. Gadis kecil yang biasanya suka berlari kesana kemari dengan kaki mungilnya sekarang masih berbaring di tempat tidur menunggu kakinya pulih kembali.
Hari pertama keseleo, dia jalan sambil menjinjit. Seperti ada yang dirasakan pada kakinya. Tetapi dia terus bermain bersama kakanya di depan rumah. Selang beberapa saat kakinya kembali sakit, kemudian setelah magrib kami mengajaknya ke tukang urut. Si gadis kecil sudah merasa baikan dengan kakinya tetapi dia terus berjalan, dan berlari saat makan malam. Keesokan harinya, dia menangis kencang karena kakinya sakit sehingga membuatnya ga bisa berjalan. Ibu mana yang tega melihat anak yg sehari2 nya lincah saat ini hanya berbaring di tempat tidur. Air matanya tak terasa mengalir sembari terus menemani anaknya di tempat tidur. Yah, anaknya ga pengen ibunya jauh darinya...Sang ibu sangat khawatir akan kondisi anaknya itu. Tetapi terus ada harapan bahwa sakit kaki yang diderita anaknya akan pulih kembali..
Di hari kedua kaki si gadis kecil masih sangat sulit digerakkan, bahkan untuk berpindah dari sisi ke sisi. Ibu melihat kondisi kaki anaknya, keseleo bukan di bagian pergelangan kaki tetapi di bagian lutut yang semakin membengkak. Ibu hanya terdiam melihatnya, sambil berusaha untuk mengompres tetapi anak tersebut menangis tanda tidak mau. Dengan tertatih, walaupun anak itu hanya berdiam, sang ibu menyuapinya 3x sehari walaupun makannya hanya sedikit. Ketika hampir malam, si ibu mencoba supaya kaki anak kecil itu bergerak. Perlahan gadis itu mencobanya dan berhasil walaupun hanya 5cm menuju telapak tangan ibunya..Harapan akan kesembuhan kaki anaknya semakin besar..
Di hari ketiga, si gadis kecil sudah mulai bisa duduk, dan kakinya sedikit demi sedikit sudah bisa digerakkan. Walaupun masih sangat terbatas, karena dengkulnya masih bengkak. Melihat kondisi anaknya semakin membaik sang ibu sangat senang. Tetapi ketika BAK gadis kecil masih harus digendong. Dan tentunya dengan menangis dan menjerit. Gadis kecil itu juga sudah bisa duduk dengan sendirinya. Tetapi, saat mau tidur, kakinya malah menekuk dan sulit untuk digerakkan..
Hal ini terus berlangsung sampai hari ketujuh, lutut gadis kecil itu semakin membengkak, namun kenapa ada matanya?? seperti bisul..akhirnya sang ibu membawanya ke dokter. Saat mengantarkan anaknya ke dokter, dia mendapatkan berita duka bahwa neneknya meninggal dunia. Alangkah sedihnya perasaannya saat itu. Dia ingin cepat ke rumah dan membacakan Yasin dan mendoakan kepergian neneknya yang nun jauh disana..
Dokter memberikan resep sepertinya antibiotik dan obat nyeri karena diagnosis dokter lutut gadis kecil itu infeksi, dengan telaten dia memberikan obat itu ke gadis kecilnya, malamnya diapun masih begadang dengan raungan gadis kecil yang mengeluh kesakitan. Keesokan harinya, dia mendapati mata bisul di lutut anaknya keluar, dan selang beberapa jam kemudian nanah dan darah keluar dari lututnya. Nanah itu sangat banyak, sampai-sampai tisu yang telah digunakan habis dan penuh sekantong keresek. Dengan telaten, dia mengusap nanah-nanah itu sampai tidak keluar lagi, sambil memberikan obat pada jamnya. Alhamdulillah kaki gadis kecil itu berangsung membaik, serta bengkaknya sudah mulai mengempis dan kakinya sudah bisa diluruskan..Sang ibu tersenyum gembira, dia berharap kaki gadis kecil itu hanya bengkak karena bisul bukan karena yang lain.
Keesokan harinya anak itu diajarkan berjalan, namun dia masih takut sehingga dia masih menggunakan 1 kaki. Tetapi ibunya meyakinkan anak itu bahwa "kamu pasti bisa, ayo pegang mama".... Tak lama gadis itu mulai menapakkan kedua kakinya ke lantai sambil ditatih oleh ibunya. Tak lama gadis itu mulai bisa berjalan, dan ia bahkan lupa pernah satu minggu hanya tiduran saja..
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah..terima kasih Ya Allah, Engkau telah memberikan kesehatan dan kesembuhan pada gadis kecilku..
Bismillah..
Alhamdulillah wa syukurillah, satu semester ga terasa sudah saya tempuh..tentunya ga gampang yah, karena saat kuliah saya juga menyambi momong 2 anak. Awalnya saya sempet stress banget, karena saya sudah terbiasa dengan pengasuh anak kedua saya yang menjemputnya pagi sekitar jam 8. Namun, 3 bulan yang lalu secara resmi dia menyatakan berhenti..sedih pasti, tapi saya harus mencari jalan keluarnya. Karena bagaimanapun saya harus beradaptasi dengan kondisi baru yaitu mengurus dua orang anak dengan tangan saya sendiri without nanny...
Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya bagaimana proses saya belajar beradaptasi khususnya dengan mata kuliah yang menurut saya cukup berat untuk usia saya saat ini (i'm not young of course). Bagaimana tidak, ilmu-ilmu seperti kalkulus dsb harus saya pelajari lagi karena sudah lupa. Sepuluh tahun tidak belajar ilmu tersebut membuat saya harus force my brain untuk mengerti. Kuliah S2 sudah tidak jamannya lagi menghafal, tetapi mengerti semua konsep dari hal yang huge sampe teremeh temeh sekalipun. Ujian tidak ada yang namanya menghafal, mengerti konsep dan banyak latihanlah yang membuat jari-jemari ini menulis apa yang ada di dalam pikiran untuk mengerjakan soal-soal dalam waktu 180 menit ketika Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).
Beberapa hal yang saya lakukan di hampir setiap hari setelah kuliah adalah mengulang kembali materi yang telah diberikan lecturer, because kalo ga diulang jujur saya masih ga mudeng. Apalagi jika dihadapkan sama yang namanya penurunan rumus, what is it? Alat bantu kalkulus dalam perhitungan matematis itu sangat amat membantu saya untuk menurunkan rumus-rumus ekonomi tersebut dan saya juga mencatat detail yang telah disampaikan dosen dalam buku catatan per mata kuliah. So, i can't imagine if there is no recording. Yups, kuliah online sangat membantu saya mengulang kembali mata kuliah yang saya anggap masih belum saya pahami sekali (kayaknya hampir semua matkul wkwk). Disinilah saya sering banget begadang sampai larut malam bahkan sampai subuh apalagi pas ada tugas..
Terus saya biasanya record my voice ( i know that's weird) tapi ini guna banget karena ga mungkinlah setelah saya mengulang mendengarkan recording yang udah saya dengerin hampir 2 jam. Jadi pas awal-awal kuliah ga tahu kenapa tiba-tiba muncul inisiatif kayak gitu. Dan it's really work for me, eventhough it's funny to hear my own voice. Tapi setidaknya saya punya waktu ga sampe 10 menit buat ngedengerin satu materi kuliah. Apalagi pas mau UTS atau UAS, cukup ngedengerin recording saya aja dan memperbanyak latihan-latihan soal.
Mungkin ada beberapa kejadian unique yang saya peroleh selama semester satu. Wait, i will remember..hmm..sebenernya ga terlalu banyak sih, karena yang penting ngerjain tugas sama ngerjain UTS, UAS sebaik mungkin dan tepat waktu dalam ngumpulinnya. Tapi ada beberapa yang ga bakal aq lupain, misalnya pas matkul Mikro. Serius, aq tuh sebenernya lumayan mudeng sama penjelasan dosennya. Ya paling kalo ngulang recordingnya ga terlalu lama. But...when UTS and UAS, you know the exam questions are really hard. Contoh-contoh soal yang diberikan saat asistensi ga ada satupun yang nyantol, jauh banget. Entahlah, ga cuma saya yang merasa seperti itu tapi satu kelas..baru kali ini ujian ga yakin sama jawaban sekitar 50%. Sampe ngeri-ngeri sedap waktu mau lihat nilai dapet berapa. Tapi alhamdulillahnya, kebantu banget sama tugas dari asistensi. I don't know if there is no task here..
Pas ujian sempet salah tulis subject, terus juga kebingungan ngerjain pake stata ga muncul hasilnya (ternyata harus di run baris per baris), sampe pas mau ngumpul lembar jawaban, scan di detik-detik terakhir, alhamdulillah ga telat...huhu kalo telat langsung kena pinalti dan mungkin bisa ga dinilai. Memang saat scan dokumen ini dag dig dug sih, apalagi email kan kadang suka pending yah, jadi jalan alternatifnya harus disertakan printscreen send email. Jadi, pake paint dulu trs save image, dll sebagai bukti kalo ngirimnya ga telat. Oh iya yang aq ga lupain juga pas presentasi metpen, anak-anak pada ikutan nimbrung padahal lagi on cam, ga tahu deh jadi ga konsen dan perasaanku uda campur aduk. Padahal uda nitip ke ayahnya, tapi kok ya pas namaku dipanggil pas ayahnya lagi sholat ashar. Jadi sekitaran 5 menitan, anak-anak ikutan on cam, hehe (alhamdulillah dosennya baik). Banyak yang harus direvisi dari review jurnal yang aq pilih. Dan sempet salah pilih jurnal karena lebih cenderung ke sosial eksperimen daripada ekonomi..tapi alhamdulillahnya ga disuruh ganti jurnal tapi dikaitkan lagi dengan beberapa jurnal lain yang berhubungan dengan kebijakan fiskalnya..
Tanggal 7 januari kemarin, nilai-nilai matkul keluar. Ya Allah, deg-degan banget rasanya coz ga yakin sama jawaban-jawaban pas ujian, sama performa saat kuliah. Bismillah, banyak berdoa karena pas hari itu hari jum'at. Dan taraaaa..keluarlah 4 nilai matkul, 3 memuaskan, 1 yang meragukan tadi sesuai ekspektasi sih (bikin agak down) dan 1 matkul lagi (metpen) hari senin alhamdulillah lumayan (naik dari UTS). Nilai ipk ku...(rahasia dong wkwk), di luar ekspektasi sih ga nyangka aja krn belum pernah dapat ip segitu pas kuliah DIV. Dan aku sangat bersyukur semua ini tentunya karena Allah yang Maha Rahman dan Rahiim. Tugas-tugas yang dikerjakan tepat waktu sangat membantu, sehingga nilainya ke-up..
Terkait anak-anak seperti biasa kalo ujian, Maira saya titip ke daycare..alhamdulillah setelah semester satu terlewati dapat libur sekitar 1 bulan. Saya manfaatkan buat pindah ke kontrakan yang deket daycare, cause sebelumnya 15 menitan, sekarang 4 menit uda sampe. Karena ga bisa dipastikan juga apakah semester 2 nanti masih online atau uda offline. Dengan kondisi saya yang udah ga ada pembantu, ya saya harus memilih pilihan yang terbaik. So, that's my experience in the first term, can't wait for the next term, semoga lebih baik..will see..
Wallahu a'lam
Hari ini adalah pengumuman seleksi, saya meniatkan kembali untuk mendaftar S2 di tahun ini. Perjalanan dimulai di awal tahun 2021, Januari...
Kala itu ada pembukaan S2 split site, saya meniatkan untuk mendaftar, hanya saja syarat kelengkapan dokumen selain dll, adalah melampirkan Tes TOEFL ITP dengan score minimal 525, atau IELTS 5,5. Saya pun mengikuti tesnya di CILACS UII, hanya saja saya gagal memperoleh target nilai yang disyaratkan. Lumayan sedih sih, cuma sebelumnya saya berdo'a kepada Allah untuk diberikan yang terbaik. Jika memang jodoh ke luar negeri insya Allah lulus, tapi jika tidak ya hasilnya akan saya gunakan untuk mendaftar di dalam negeri. Karena ga lulus syarat tersebut, maka saya melanjutkan bekerja...
Starting point kedua adalah di bulan Juni 2021, pembukaan S2 beasiswa instansi tempat saya bekerja dibuka. Karena butuh surat persetujuan atasan dan proses yang panjang, 1 hari setelah surat itu muncul saya langsung coba untuk melengkapi berkas dan mengirimkannya. Berharap segera di acc dan langsung bisa mengupload berkas-berkas ke website tempat pendaftaran. Penantian hampir sebulan ya (penutupan pendaftaran tanggal 29 juni), akhirnya surat approvement muncul. Alhamdulillah, setidaknya 1 tahapan bisa dilalui.
Awal Juli pengumuman seleksi tahap administrasi, ahamdulillah nama saya muncul diantara 14 calon penerima beasiswa lainnya. Saya pun melengkapi berkas-berkas yang harus dilengkapi dan juga biaya pendaftaran. Biayanya lumayan sih sekitar 1,2 Juta rupiah...Karena peminatnya lebih besar dibanding yang akan diterima, maka peluangnya akan semakin kecil...
11 Juli kemarin adalah ujian seleksi SIMAK, ujiannya adalah TPA dan Bahasa Inggris. TPA terdiri dari Verbal, Matematika, Logika matematika. Waktunya sekitar 120 menit, mulai jam 08.00 selesai jam 10.00. Kemudian istirahat terus lanjut bahasa Inggris sampai jam 12.00..
Jarak antara ujian dan pengumuman itu sebulan, lama ya...Hari ini resmi diumumin di webnya UI jam 13.00 dan menunggu surat dari instansi terkait lulus atau engganya (deg-degan guys!). Actually saya sudah pasrah, apapun hasilnya saya harus terima. Allah Maha Mengetahui mana yang terbaik buat hamba-Nya. Akankah ini yang diterima atau masih harus berusaha lagi? Wallahu a'lam..but Zendegi Migzara, right?
Assalamu'alaikum Wr Wb.
Mungkin menulis terdengar sebagai suatu hal yang sangat membosankan, padahal sebenarnya hampir setiap hari kita menulis status baik di WA, instagram, tiktok, FB, dsb. Hanya saja kebutuhan dan panjangnya tulisan serta formal atau tidaknya tulisan yang membedakan. Bagi saya sendiri, sebenarnya menulis merupakan suatu kebutuhan untuk sharing pengalaman sih. Karena saya tahu bahwa tiap manusia sebenarnya memiliki peluang untuk menghadapi masalah-masalah yang hampir sama, hanya saja jalan atau cara yang dipilih bisa jadi berbeda.. Seperti halnya cara-cara yang saya tulis di blog ini mungkin bisa jadi ga 100% work ke orang lain. Tapi setidaknya bisa jadi referensi di kala orang tersebut membutuhkan tempat untuk bertanya (uhuk..). Kayak misalnya ada temen yang nanya gimana sih caranya biar cepat hamil padahal sudah lama nunggu, kasih tips dong.. Nah, saya biasanya langsung kasih link blog saya, karena terus terang saya udah lupa saking lamanya, terus sebenarnya ceritanya panjang..
Jadi bisa dibilang kalau menulis itu merupakan hobi saya, hanya saja saya belum pernah nulis di media. Eh pernah ding sekali waktu pas di gorontalo, sekitar 2 tahun yang lalu, tulisan saya masuk di Gorontalo Post tapi cuma sekali.
Itu dia tulisan pertama saya yang dimuat di media lokal waktu masih di Boalemo. Jujur, dalam menulis itu idenya yang kadang susah didapat, kalau data sih ada ya. Cuma menyambungkan antara data, realita serta urgensitas menulis itu yang sulit. Sebenarnya ini tantangan sih, semoga ke depannya bisa semangat lagi menulisnyah...
Dan kadang merasa bersalah kalau komen-komen suka lupa dibalas karena lagi sibuk. Menulis juga salah satu cara saya untuk melepas penat loh, kalau pas lagi bete, lagi mumet, saya biasanya nulis..ya walaupun bisa dibilang tulisan yang saya tulis kacangan, amatirlah, ga pentinglah (kamu tuh ga penting buat saya, #apasih). Honestly, setelah diapprove google adsense saya makin suka menulis. Next, pengen banget bikin cerpen, siapa tahu bisa kayak Asma Nadia gitu ya, tulisannya dibikin Film judulnya "Cerita Cinta Anak Kosan", haha.
Ya pernah sih ada yang bilang kalau ga semua mimpi yang kamu mimpiin itu terwujud mon..tapi saya suka bermimpi gimana dong? Sang Pemimpi pernah jadi salah satu film favorit saya. Ga ada yang ga mungkin selagi kita mintanya sama Allah, bukan sama yang lain kan..
Jadi buat temen-temen yang hobi nulis, blog adalah salah satu wadah untuk menyalurkan hobi menulis kalian. Apalagi blogspot itu gratisan, ga bayar terus gampang lagi dipraktekin. Dulu saya pernah juga belajar SEO blog, jadi ngeboost tulisan supaya muncul di laman pertama Google. Tapi itu udah dulu banget, terus sekarang saya lupa. Harusnya sih dulu saya tulis juga ya, "Cara meningkatkan SEO blog". Tapi semua ga seindah sekarang yang kalian lihat, blog saya sempat kena banned sama google. Dan sampai saat ini masih di banned sama Facebook, seinget saya dulu soalnya saya dikit-dikit posting di FB jadi mungkin kebaca robot kali ya, ada di tulisan saya yang ini:
Pengalaman Saya Terkena Deindex Google
Alhamdulillah bisa terindex kembali, kalo inget pas jaman itu rasanya menulis seperti udah patah arang rasanya. Oh ya terkadang saya juga menulis pakai bahasa Inggris, ini tujuannya adalah untuk melatih menulis saya dalam bahasa Inggris. Karena masa mau bikin tulisan aja dulu saya langsung breg translate pake Google translate. Padahal bisa jadi hasil translate di google itu ibaratnya kalau bahasa Jawa itu ada yang kasar ada yang halus kan, nah kalau langsung copas itu jatuhnya kayak bahasa ga formal gitu. Dibanding saya nulis di buku atau HP terus gampang ilang, mending saya nulis di blog. Bisa panjang juga, kalau di sosmed kan terbatas berapa kata gitu kan...
So guys, that's my experience in writing, maybe you can do my tips and practice it, happy fasting....
Kemarin, 16 Maret 2021
Sahabatku..Livia Ardine menghadap Sang Illahi..
Begitu tahu kabar beritanya, aku langsung lemes banget. Gimana engga, dulu waktu zaman masih SMP, dia adalah salah satu sahabatku yang amat baik. Dia merupakan anak dari keluarga berada, yang sama sekali tidak memandang status sosial temannya. Maklumlah, dulu aku adalah anak dari keluarga yang pas-pasan, bahkan ke sekolah saja harus naik sepeda butut yang joknya sering aku ganti sendiri pake kain strimin. Tapi Livia, tidak pernah memilih-milih teman, dan dia sering cerita-cerita dengan ciri khas tertawanya..
Aku sering main ke rumahnya menggunakan sepeda, cerita tentang pelajaran di sekolah sampai dengan kesukaan kita masing-masing. Dulu dia suka banget sama M2M, Avril Lavigne dan hal-hal yang girly. Dia anaknya pinter, rajin menulis dan tulisannya itu bagus banget. Semua keperluan sekolahnya lengkap, mulai dari tempat pensil yang unyu2, buku yang warna warni dan juga buku-buku sekolah bermerk yang mahal harganya. Maklum lah dulu aku cuma mengandalkan LKS (Lembar Kerja Siswa) 😂. Dia anak yang rajin dan juga pintar, dia perfect tapi dia memiliki sakit yang bukan sakit biasa...aku tidak tahu lebih lengkapnya sakitnya seperti apa, hanya saja setiap pelajaran olahraga dia tidak ikut dan hanya mengenakan baju olahraga..
Yang aku masih inget banget, dulu aku sempat bercerita tentang keinginanku untuk berhijab..yang pada akhirnya mengantarkanku untuk ke Madrasah Aliyah Negeri Negara yang jauh dari circle teman-temanku semasa SD dan SMP...
Akhirnya setelah itu aku lost contact dengannya..
Hingga Facebook dan instagram mempertemukan kita kembali di bulan Juni 2017, aku agak lupa sih, cuma waktu itu aku yang follow dia duluan, dan say hay bertanya kabar, tetapi tidak melanjutkan percakapan kami kembali, mungkin karena kami dua-duanya masih sibuk, dan dia masih S2...
Pada bulan Februari 2020, Livia mengabariku tentang temanku Dayumang yang meninggal dunia. Dayumang adalah teman sekelasku dari waktu aku masih duduk di Sekolah Dasar, jadi aku sekelas sama dia selama 9 tahun. Aku shock banget, dan Livia menjelaskan perihal penyebab Dayumang meninggal dunia...Sedih banget, karena aku tahu sosok Dayumang si Nomor 1 di kelas dulu. Dan setelah itu aku menghubungi dia via whatsapp dan bercerita-cerita tentang kabar teman-teman SMP..
Beberapa bulan kemudian, aku menghubungi Livia. Baru kali ini aku mendengar suaranya setelah belasan tahun, dia masih seperti dulu, hanya saja logatnya telah berubah menjadi Logat Jawa karena dia tinggal di Surabaya...Aku pun memulai percakapan kembali dengan Livia, bercerita tentang masa-masa kami di sekolah dulu...Tentang karriernya, tentang usahanya. Aku tidak tahu itu adalah kali terakhir aku bisa mendengar suaranya..
Dan pagi tadi aku mendapat kabar dari temanku di Bali bahwa Livia telah meninggalkan dunia ini...Sedih banget banget, perasaanku campur aduk. Padahal beberapa minggu lalu aku masih lihat Livia melihat statusku di Whatsapp, dan terakhir dia menghubungiku ketika dia mengucapkan selamat milad buatku tahun kemarin....
Ya Allah livia..semoga surga tempatmu kelak, dan diberikan kelapangan di alam kubur..
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
AL FATIHAH..
Assalam'alaikum Wr Wb
Lanjut ceritanya..
Sebenarnya kenapa sih harus diceritain tentang treatment anak secara mendetail? Jadi, saya itu suka sharing pengalaman, karena saya pernah berada di kondisi itu. Kondisi yang ga tahu ke depannya gimana dan cuma bisa ikhtiar dan tawakkal. Dan barangkali ada di luar sana yang memiliki anak spesial. Jangan berkecil hati bun, insya Allah jika kita menerima Allah pasti akan memberikan jalan keluarnya. Semakin kita denial atau menyangkal bahwa anak kita ga papa, maka akan semakin telat si anak mendapatkan terapi untuk tumbuh kembangnya. Jadi fase menerima itu adalah fase yang paling penting sih menurut saya. Saya selalu yakin akan pertolongan Allah SWT. Tapi dalam hati kecil saya, saya harus berbuat sesuatu yang bisa saya lakukan saat ini. Dan yang paling penting adalah rasa menerima dan memberikan hak kepada anak semampu yang kita bisa lakukan....
![]() |
Maira nganterin Ahmad terapi |
Setelah 6 bulan terapi di Satria Kid, entah kenapa saat itu saya melihat sebuah survei tahun kemarin yang salah satu sampelnya adalah Yamet Tumbuh Kembang Anak. Seperti ada petunjuk dari Allah, saya kemudian searching tentang Yamet Development Centre. Ya memang tempat terapi anak saya juga hasil searching2 di Google. Alhamdulillah banget ternyata Yamet Smart Galaxy itu lebih dekat ke tempat saya dibandingkan SKC. Jadi kalau ke SKC, butuh waktu 1 jam naik motor, kalau ke Yamet hanya 20-30 menit saja (menghemat waktu 30 menit). Dan perjalanan kesana melewati perumahan elit di Galaxy yang bikin betah mata memandang..
Singkat cerita, saya mendaftarkan Ahmad ke Yamet pada November 2019. Alhamdulillah saya langsung sreg karena semua pegawai dan terapisnya mbak-mbak berhijab, dan juga mengedepankan konsep Islami. Sebelum daftar, Ahmad di assesment terlebih dahulu. Karena ahmad sudah pernah terapi, ada beberapa pertanyaan yang sebelumnya terisi silang sekarang menjadi centang (alhamdulillah). Jadi selain menjawab pertanyaan, Ahmad juga di tes Sensori Integritas dulu selama 1 jam, mungkin itu salah satu cara untuk melihat dimana letak kekurangan sang anak. Bu Intan memberikan penjelasan ke saya hasil dari assesmentnya, Ahmad memang masih sangat kurang di motorik, sensoriknya, termasuk beradaptasi dengan lingkungan..dan memang karena saat itu Ahmad masih minim kosakata, jadi memang sangat dan harus diterapi. Dan jika dilihat dari hasil tesnya, alhamdulillah Ahmad tidak menunjukkan gejala autis berat (Seperti fokus terhadap suatu benda yang berputar, dan memukul atau menghentakkan jari jemari) sehingga Bu Intan menyimpulkan bahwa kemungkinan Ahmad mengalami kesulitan berkonsentrasi atau Attention Deficiency Disorder (ADD-ADHD). Bu Intan menyarankan untuk mengambil terapi minimal 6-8 jam per minggu, minimal ada Terapi Sensori Integritas 2x, Behaviour Terapi 2x, Okupasi Terapi 2x. Itu minimalnya, kemudian Bu Intan menjelaskan tentang konsep Golden Age:
Golden Age merupakan masa keemasan anak, dimana golden age sendiri terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Golden Age 1: Umur 1-3 tahun, dimana anak belajar tentang menguatkan saraf-saraf motorik dan sensoriknya serta kemampuan berbicara.
2. Golden Age 2: Umur 3-5 tahun, pada golden age 2 anak akan membiasakan habitnya dan menjadi kebiasaannya nanti, maka terapi motorik dan sensorik yang terlambat di golden age 1 HARUS SEGERA dikejar di golden age 2 karena jika tidak maka anak akan kesulitan dalam memahami konsep dan ketangkasan.
Kata Bu Intan, ahmad sudah melewati fase golden age 1, jadi dia harus mengejar ketertinggalannya di Golden AGe 2 karena dikhawatirkan jika terlambat maka dia akan sulit mengejar ketertinggalannya dan akan seperti itu....Seketika aku melihat Ahmad, kasihan, tapi alhamdulillah insya Allah ini jalan keluarnya...
Saya memutuskan untuk melanjutkan terapi ahmad di Yamet, dan berhenti di Satria Kid, sebenarnya pas awal-awal masih di dua tempat ini karena di Yamet jamnya sudah full di hari weekend. Selang sebulan alhamdulillah sudah dapat jadwal tetap yaitu Sabtu dan Minggu, karena senin-jumat kami kerja dan agak susah bolak balik rumah sehingga seneng banget dapat jadwal di weekend. Alhamdulillah anaknya juga cocok..
Mengenai biayanya, per 1 jam itu 135 ribu jika di weekdays (senin-sabtu), dan 150 ribu per jam di hari minggu. Dan masing-masing hari minimal 2 jam pertemuan. Jadi saya mengambil SI, TW di hari sabtu dan BT, OT di hari minggu...Jadi bisa dikalikan berapa kalau sebulan ya bun..
Tapi menurut saya selagi saya masih bisa mengusahakan, akan saya usahakan..insya Allah rezeki akan datang dari arah mana saja..Allah Maha Kaya dan Maha Memberikan Rezeki. Yang penting anaknya semangat, kami pun semangat....
Assalamu'alaikum Wr Wb
Hai friends..
Seperti halnya apa yang saya targetkan di tahun ini yaitu mau fokus ke anak-anak saya. Sebenarnya memang sesibuk apapun saya sebisa mungkin memprioritaskan pendidikan anak-anak saya. Jadi gini..saya pernah bercerita bahwa 2 tahun yang lalu anak saya yang pertama mengalami keterlambatan bicara (speech delay) bahkan sempat didiagnosa ASD oleh dokter. Dan sewaktu anak saya didiagnosa ASD, itu membuat dunia seakan runtuh. Anak saya memang sedikit berbeda dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Perbedaan yang paling mencolok adalah anak saya belum bisa bicara di usianya yang sudah menginjak 3 tahun kala itu. Singkatnya, si kaka memang baru bisa 5 kosa kata dalam usia 3 tahun. Dan secara tumbuh kembang anak, itu bisa dibilang sangat terlambat karena umumnya anak 3 tahun sudah bisa seratusan lebih kosa kata dan tahu arti yang dimaksud. Pengalaman saya memiliki anak kedua yang usianya tahun ini 3 tahun (2021), itu sangat berbeda dengan kakanya 2 tahun yang lalu (2019). Adiknya sekarang sudah sangat lancar bicaranya, kosakatanya sudah sangat banyak karena dia gampang menirukan apa yang kami ucapkan, bahkan sudah bisa berkomunikasi 2 arah. Terkadang adiknya juga tiba-tiba nyeletuk yang bikin kami terheran-heran dengan kalimat yang dia ucapkan yang terkesan dewasa banget untuk anak seusianya.
Lanjut ke cerita anak pertama saya ya..
Melihat anak saya seperti itu dan diagnosa seperti itu membuat kami mengambil keputusan untuk pindah kerja. Karena di tempat kami dahulu memang tidak ada fasilitas tumbuh kembangnya. Dokter menyarankan anak saya untuk mengambil terapi tumbuh kembang. Saya bertanya kepada dokter "Kira-kira berapa kali terapi dok anak saya bisa bicara?" Dokter itu tersenyum "Terapi itu bukanlah dalam jangka waktu yang singkat, tidak bisa sekali, 2 kali, 3 kali, tetapi bisa bertahun-tahun tergantung tingkat keparahan dan penyerapan anak tersebut". Duh, saat itu rasanya kek ga bisa diungkapin dengan kata-kata. Terlebih lagi dengan diagnosa dokter dari rumah sakit terkenal yang membuat kami speechless. Bagaimana tidak, ada bayang-bayang ketakutan kami jika anak kami benar-benar autis. Karena dalam bayangan kami anak autis itu cenderung menyakiti diri sendiri dan benar-benar keluar dari dunia nyata ke dunianya sendiri. Anehnya dalam beberapa hari (ga sampai 1 minggu kayaknya) saya mulai menerimanya dan segera meghilangkan rasa denial saya...Saya menerima semua kekurangan anak saya, dan saya ikhlas. Saya accepted, saya harus ikhlas karena bagaimanapun juga, anak ini titipan Allah dan saya harus memberikan yang terbaik buat dia, apalagi mengingat saya dulu sangat merindukan kehadiran Sang Buah Hati.
Dengan kondisi si kaka yang benar-benar super cuek, dipanggil ga respon, kosakata sedikit, terus jika minta apa-apa selalu menangis tanpa memanggil nama saya, TIDAK MENUNJUK hal yang dia inginkan, kemudian dia sangat suka main sendiri (Hati-hati ya bun, kalau anak anda menunjukkan gejala-gejala tersebut. Harus segera dibawa ke spesialis anak). Dan ada moment dimana anak ini benar-benar ga kenal sama sekali dengan orang tuanya ketika di luar rumah. Anak saya hanya berlari tanpa arah, jika kami mengajaknya jalan-jalan. Dan tentunya saat saya memanggil namanya sama sekali dia tidak menoleh. Yups, terkadang terlintas rasa weird dilihatin banyak orang karena saya harus mengejar-ngejar anak saya yang sudah berlari jauh tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Sebenarnya lebih ke yang takut gitu kan dia kayak ga denger suara motor atau mobil (serem banget). Jadi, dari pengalaman tersebut dan berdasarkan hasil browsing saya, anak ini harus diet ketat. mungkin temen-temen pernah denger yang namanya diet GFCF (Gluten Free Casein Free). Jadi diet itu adalah mengindari protein gluten seperti yang terdapat pada tepung terigu (gandum), kemudian tidak boleh mengkonsumsi casein yang berasal dari susu sapi, ditambah tidak boleh mengkonsumsi gula.
Ini BUKANLAH HAL YANG MUDAH mengingat anak saya itu kurus dan pilih-pilih makanan. Beratnya di bawah garis kuning, dan ditambah dengan diet, mau jadi apa coba? Hehe, saya sempet berfikiran seperti itu. Tapi saya bersyukur karena anak saya masih bisa makan nasi dan telur, jadi ya udah susunya yang diganti pakai susu soya. Sebenarnya manfaat dari diet tersebut itu adalah untuk mengontrol perilaku si anak, karena anak dengan gluten dan casein berdasarkan penelitian lebih hiperaktif dan susah konsentrasi sehingga susah diberitahu. Jadi, suka ga suka sy terapin ke anak saya walaupun ya beratnya pas-pasan. Alhamdulillah, dia jadi lumayan anteng walaupun masih belum mau noleh kalau dipanggil. Dengan kondisi anak saya yang seperti itu membuat saya berfikir dan memutuskan untuk pindah. Dalam benak saya, saya tidak memerlukan jabatan dan karrier yang penting anak saya bisa mendapatkan perlakuan dan terapi terbaik yang bisa kami usahakan secara maksimal dibanding saya hanya berdiam diri dan membiarkan anak saya seperti itu. Itu ga fair banget buat dia kan?
Alhamdulillah singkat cerita dengan izin Allah, kami pun pindah ke tempat yang kami sangat harapkan. Saat itu saya pun mulai mencari-cari tempat terapi, mulai dari yang mahal, dan akhirnya nemu yang sesuai budget kami yaitu Satria Kid Centre seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya. Dan sedikit demi sedikit anak kami mulai mengalami perubahan. Oh iya, sebenarnya satu bulan sebelum kami pindah saya sempat mengubah nama panggilan anak saya yang semula Umar menjadi Ahmad. Kenapa sih namanya diganti? Banyak pertanyaan seperti itu muncul..jadi sebenarnya bukan namanya yang diganti, hanya nama panggilannya saja. Karena saya merasa agak berat melafalkan "Umar" kalau setiap memanggil si kaka, karena lidah saya kurang fasih dalam melafalkan huruf R. Saya berfikir matang-matang dalam perubahan nama panggilan tersebut, karena ada juga dalam fikiran saya ingin mengganti namanya keseluruhan. Tapi alhamdulillah Allah memberikan petunjuk dan kami memantapkan hati mengubah nama panggilan kaka menjadi Ahmad, karena kami berharap nama tersebut akan membawa berkah ke dirinya sesuai dengan artinya yang berarti "Yang Terpuji" seperti nama Baginda Rasulullah SAW.
Saya akan cerita ya (panjang banget kalau diceritain tapi saya coba persingkat). Tempat terapi pertama anak saya adalah Satria Kids Centre. Sebelum terapi, anak kami harus di assesment terlebih dahulu untuk melihat seberapa jauh tumbuh kembangnya saat ini. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, anak kami sebenarnya memang agak telat karena jalan saja di usia 17 bulan. Dari segi motorik dan sensorik juga mengalami keterlambatan, misalnya dalam hal mengunyah makanan (sering melepeh), gerak cepat, tidak tanggap, pilih-pilih makanan, terus belum benar memegang pensil dan menulis, tidak bisa membuat lingkaran, tidak bisa melompat, tidak menoleh saat dipanggil, dsb. Pertanyaannya mirip saat kami ditanya oleh dokter di rumah sakit. Bedanya, disini diagnosanya masih mengambil diagnosa dokter dan untuk terapi yang dianjurkan ada 3 yaitu:
1. Terapi Sensori Integritas (SI)
2. Terapi behaviour
3. Okupasi Terapi (OT)
Nanti di postingan selanjutnya akan saya jelaskan perbedaan ketiga terapi tersebut. Kenapa ga langsung terapi wicara? Terapisnya (Pak Tri H.) bilang karena anak ibu itu harus nurut dulu akan perintah. Saat ini, dia belum bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh kita, sedangkan terapi wicara itu harus bisa diatur terlebih dahulu perilakunya bu..mungkin kalau anak ibu cepat, 6 bulan lagi bisa dilakukan terapi wicara...Dan, saat dilakukan assesment itu, bukan hanya hasil dari terapisnya saja yang kami dapat, tetapi juga motivasi dan apa yang harus kami lakukan di rumah. Jadi motivasi yang diberikan oleh si bapak yaitu:
1. Semakin cepat dilakukan penanganan maka hasilnya akan lebih baik. Jadi, dalam tumbuh kembang itu selama anak ibu tidak memiliki penyakit bawaan berarti ini BUKAN PENYAKIT. Jadi tidak ada obatnya..Ini adalah GANGGUAN/DISORDER, dan gangguan itu tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikurangi.
Alhamdulillah setelah itu anak saya ga nangis lagi, trauma kesana mungkin masih ada tapi dengan bujukan-bujukan alhamdulillah dia mau, dan setelah 6 kali pertemuan dia sudah MAU DIPANGGIL NAMANYA. Ya Allah, seneng bangett!. Dan setelah bisa dipanggil namanya, si kaka mulai belajar untuk tidak takut bertemu dengan gurunya dan menyerap pelajaran menjadi lebih mudah. Apalagi di terapi behaviour atau tingkah laku si kaka sudah mau duduk manis menerima pelajaran dari terapisnya. Terapis yang paling kami ingat yaitu Bu Ayu dan Bu Ika. Bu Ayu dulu berpesan kalau anak ini mau gampang diarahin sebisa mungkin jangan dikasih susu coklat ya bu...Oke bu, nanti kami akan usahakan (sebenarnya waktu itu karena ribet bawa botol susu ke tempat terapi jadi kami sediain susu UHT 🙈).
Tiga bulan setelah terapi di Satria Kids Centre, saya pun memeriksakan kondisi anak saya ke dokter Spesialis anak di Rumah Sakit Permata Bekasi. Anak kami pun diuji dengan beberapa test kemampuan dasar oleh sang dokter. Oh iya sebelumnya saya membawa rujukan BPJS dari klinik terdekat. Memang saat itu banyak pertanyaan yang belum bisa dilakukan oleh anak kami, tetapi si kaka mulai bisa menyebutkan nama-nama binatang (nama pertama yang dia sebutkan adalah nama-nama binatang). Dan saat pemeriksaan itu, anak kami sudah mau menoleh saat namanya dipanggil..Dokter pun mendiagnosa kembali, dan hasilnya..................(bersambung)
Assalamu'alaikum Wr Wb
Hai friends..
This weekend, i am so busy because i have attended the meeting of reconciliation. For you know, that we could not meet one another by offline. Fortunately, in this era, we have good connection especially during pandemic of covid19. Internet is very useful for us, and we still could connect and share whatever by zoom, email, whatsapp, and etc. It is important because we have to prevent ourselves in order not to contracted by corona virus disease, and must keep our social distancing.
Actually, before pandemic Covid19, we also use internet connection for our job. Some people could share many informations from their business to the others. Moreover, this manner could increase their revenue. Many companies get more partnership and also customers from online. Furthermore, if they put up ads in social media, they can get more followers and buyers, and we know about the new job such as endorsement. Thus, the examples of advantages. Beside many advantages of virtual connection, we have to know about the disadvantages.
The disandvantages of virtual connection such as we begin to leave social intensive connection. We ignorant, and we busy with our phone. Moreover, we have suspicious feeling and do not want to be familiar with each other. It is almost more than a year, but the pandemic have not been finished yet.
By the way, talking about my first virtual reconciliation this year. I think that it seems like a year ago. But, the differentiation is we just meet by zoom, and doing everything with our laptop which is connecting by internet. If we do not understand whatever we could ask to the admin who is controlling this meeting. For the first time, maybe i was being weird. But, finally i getting used to eventhough sometimes i really confused about it (lol). Yet, I hope that we get the best result.
So, that is my experience..if you guys have some experiences about virtual connection during pandemic, you could comment bellow my blog..
Ok, see you next time
Wassalamu'alaikum wr wb
Fyi: why recently i use english language in my blog? Please, read this article..
The reason that why i learn English again
Assalamu'alaikum wr wb
Hai friendz, jujur setelah blog ini berhasil diverifikasi oleh google, sy semakin semangat untuk membuat konten blog..Sebenarnya ada hasrat ingin posting di media sosial juga, cuma entah kenapa akhir-akhir ini saya menghindari dan lebih menjaga perasaan orang lain..
Hari ini saya akan bercerita tentang ujian sakit di akhir tahun 2020. Entah kenapa benar-benar nyesek banget, karena harusnya saya bisa pulang kampung akhir tahun ini tapi karena penerbangan ke Bali harus menggunakan tes PCR, jadi saya mengurungkan niat saya yang sudah sy rancang berbulan-bulan yang lalu. Dilalahnya, bertepatan dengan liburan panjang kami sekeluarga sakit...
Kalau sudah berhubungan dengan anak-anak entah kenapa hati ini langsung down. Jadi minggu lalu anak kedua saya sakit, sakit anak-anak yaitu demam, dan saya ga terlalu worry karena memang anak kedua saya itu masih mau minum obat. Setelahnya, saya yang sakit...dengan gejala yang sama ditambah dengan flu. Jadi sy bersin2 dan sakit kepala. Kemudian suami saya..dan terakhir anak pertama saya...
Saat si kaka sakit, kami bingung karena anak kami memang ga mau minum obat. Entah apa penyebabnya setiap mau dikasih obat dia selalu melepeh dan memuntahkannya. Alhasil badannya demam ga turun2 masih stay di 38,.. Kami panik dong ya, akhirnya kaka kami bawa ke klinik dan harus dipasang infus karena dia sama sekali ga mau makan dan minum obat. Akhirnya kami memutuskan untuk menginapkan kaka di klinik..
Pada hari pertama kaka dirawat, aku mengalami keanehan. I could not smell anything! Ini kayaknya first time aku ga bisa nyium apa2. Sontak kaget, akhirnya aku cerita sm suami, dan...ternyata dia juga sama guys..Jadi waktu itu kami memang masih belum fit dan kami harus gantian jagain kaka..
Alhamdulillah hari kedua, kaka sudah boleh pulang karena memang perawatan di klinik hanya 8 jam saja. Dan kaka kami rawat di rumah, alhamdulillah kaka mau nelen obat dengan menggunakan pipet dan saya kasih bye bye fever. Panasnya pun turun..
Dan gimana dengan penciuman saya? Sampai dengan hari ini saya masih kesulitan mencium bau, alias anosmia. Pertama kali ga bisa nyium bau itu rasanya sungguh aneh dan sy kehilangan selera makan. Terus tangan dingin, dan terus berfikir bagaimana caranya bisa mencium bau lagi..Mana lagi ga bisa mencium bau salah satu tanda covid #serem
Berhubung sy masih jagain anak saya, sy kemudian duduk minum air hangat dan mereset fikiran saya untuk tidak panik dan berkata pada diri sy sendiri untuk tidak memikirkan masalah hidung yang penting sekarang masih bisa bernafas. Harus fokus dlu sama anak2..
Suami saya menyarankan untuk minum rebusan bawang putih, dia yang bikinin..masih on progress untuk memulihkan kembali indra penciuman kami..doakan ya..
Buat temen2, jangan lupa untuk selalu bersyukur terutama atas nikmat kesehatan. Karena ketika sehat jarang sekali manusia bersyukur, padahal itu nikmat yang luar biasa besar dari Allah Swt. Dan nikmat itu baru terasa ketika sakit, maka beryukur bersyukur dan bersyukur insya Allah akan selalu ditambahkan..
Hello friends,
Assalamu'alaikum wr wb
Alhamdulillah setelah puluhan purnama, akhirnya akun Google Adsense saya diapprove oleh tim Google. Senengnya tu kek mau salto, wkwk (lebay).. Ceritanya panjang banget sampai pada titik ya udahlah. Oke friends, saya ceritain dari awal ya bagaimana proses saya bisa keterima Google adsense sampai akun saya diverifikasi sama pihak Google.
Mungkin sekitar setahun yang lalu saya coba mendaftarkan akun blog saya supaya bisa menerima iklan oleh google. Awalnya saya menggunakan akun blog saya pribadi untuk mendaftarkan adsense. Dan saya tunggu setelah berbulan-bulan tidak kunjung akun saya diapprove.
Hingga akhirnya saya blog walking, ketemu artikel kalau bisa menggunakan akun adsense tapi dari youtube. Nah, berhubung akun youtube saya belum memenuhi syarat monetisasi. Tapi di bagian dashbor youtube ada pelajari tentang monetisasi. Saya klik, kemudian masuk ke adsense. Terus saya pilih bagian add link url dan saya masukkan url blog saya. Nah, google butuh waktu sekitar 2-4 minggu untuk mereview blog saya.
Dan alhamdulillah, saya mendapat email dari google lewat gmail. Yang menyatakan bahwa akun adsense saya di approve ( di approve belum artinya diverifikasi ya..). Disitu aja sy udah hepi banget. Karena itu artinya blog saya bisa memunculkan iklan...yeayy (ga sepi lagi deh). Dan saya kemudian memasang link adsense untuk di copas ke blog saya bagian antara 2 head. Kemudian saya tunggu 1-2 hari dan taraaa iklan pun muncuk di blog saya..
Kalau dari penghasilan adsense jujur nilainya keciiil banget. Tapi berapapun hasilnya, saya ga terlalu berkecil hati, karena yang penting blog saya ada kehidupannya (ga sepi2 amat) wkwk. Kemudian, iklan itu saya pasang berbulan-bulan sampai akhirnya mencapai >10 dollar, yang artinya saya harus melakukan verifikasi akun Google Adsense. Saya mulai kebingungan disini..
Jadi, saya ga menghiraukan peringatan dari google adsense bahwa apabila saya tidak melakukan verifikasi akun maka blog saya tidak bisa lagi memunculkan iklan dari google. Dan benar saja, selang beberapa bulan, iklan-iklan itu menghilang dari blog saya, dan ada peringatan " you're account must be verified, ads cannot displayed, blabla" saya lupa. Dan itu berlangsung selama lebih dari 4 atay 5 bulan gitu. Karena kesibukan saya di kantor, saya pikir itu karena efek dari Covid19. Ternyata engga temen2, nah setelah saya agak sedikit longgar saya pun mencari2 penyebabnya..
Yup ternyata akun saya perlu diverifikasi. Jadi nanti di dashboard google adsense, atau klik learn more maka akan muncul peringatan untuk mengirimkan pin verifikasi. Kita harus memverifikasi alamat kirim terlebih dahulu. Jadi usut punya usut, ternyata pin tersebut akan dikirimkan lewat pos oleh google. Dan saya pun melakukan verifikasi alamat kemudian saya pilih send PIN. Nah, pin ini katanya akan dikirimkan 2-4 minggu. Alhasil saya tunggu lebih dari 2 bulan, ga ada tuh pak pos dateng ke rumah saya. Akhirnya saya klik resend PIN, dan saya tunggu (kayak nungguin surat cinta)..dan hasilnya sama ga ada pak pos dateng..hikz
Saya pun blog walking lagi, dan nemu artikel-artikel terkait verifikasi akun adsense. Ada yang dapet dari pos langsung ke rumah. Ada yang ke kantor posnya langsung terus ke bagian pengiriman barang, dan ada yang ga perlu ke kantor pos loh temen2. Dan saya memilih cara terakhir, yaitu tanpa harus ke kantor pos saya bisa melakukan verifikasi akun. Caranya:
1. Di bagian verifikasi akun pilih help
2. Isi survei dari google, saya lupa screenshot. Jadi pertanyaannya kayak apakah anda sudah melakukan send PIN sebanyak 3 kali. Apakah anda sampai sekarang belum juga menerima PIN, dll. Saya jawab yes.
3. Setelah kuesioner selesai dijawab, google minta foto kartu identitas kita. Jadi nanti fotonya harus bener bener jelas ya temen2. Kalo engga mungkin sulit diverifikasi.
4. Setelah itu send. Ga sampai sepuluh menit (cepet banget), sy terima email dari google bahwa akun saya sudah diverifikasi..Ya Allah seneng bangeeet..
5. Setelah itu saya pasang lagi iklan yang dari google adsense. Awalnya sih ga muncul tapi setelah 1x24 jam iklan mulai bertebaran.
Oh iya cara ini bisa dilakukan setelah resend PIN sebanyak 3 kali ya friends. Kalo belum sepertinya ga bisa. Jadi temen2 harus ngecek juga di akun adsensenya dan klik resend PIN..
Jujur, penghasilan dari google adsense ini masih kecil banget ya temen2 mungkin saya akan belajar lagi tentang teknik-teknik SEO ke depannya. Tapi dengan diverifikasinya akun saya itu bener2 menambah semangat saya untuk menulis lagi dan siapa tahu bisa jadi vlogger (aamiin). Setelah sekian lama....
Nah, itu tadi pengalaman saya tentang google. Perjalanan yang cukup panjang. Dari yang dulu pernah di deindex google (masih kebayang sakitnya)
https://moniceoktavina.blogspot.com/2016/11/pengalaman-saya-terkena-deindex-google.html?m=1
sampai akun berhasil diverifikasi. Sebenernya kuncinya adalah jangan pernah berputus asa. Karena keberhasilan sesuatu tergantung usaha kita. Dan usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil...
Sekian dulu ya friends..
Wassalamu'alaikum wr wb
Kira-kira hampir setahun yang lalu. Juni 2019, anak lelakiku di diagnosa Autism Spectrum Disorder (ASD). Langitku serasa runtuh….aku tak tahu harus berbuat apa….
Tanda-tanda itu
aku rasakan semenjak anakku berusia 2 tahun tidak ada penambahan kosakata yang
berarti. Bahkan menyebut aku sebagai mamanya (sebelumnya padahal pengen
dipanggil bunda tapi karena sepertinya
susah ya udah mama, hehe) pun dia tidak bisa. Bila menginginkan sesuatu dia
jangankan berbicara, menunjuk pun tidak. Ia hanya menangis, menangis dan
menangis sampai aku sedih dan bingung anakku menginginkan apa. Jadi aku hanya
berpatokan pada jam biologisnya. Jam sekian minum susu, jam sekian makan, kalau
pup pun membersihkannya ketika tercium aroma kurang sedap. Aku ingat Umar bisa
menyebutkan beberapa kata, misalnya kuda (dia suka banget sama kuda), sapi,
kambing, ayam. Tapi itupun dia sebutkan hanya dengan keinginannya saja,
misalnya kita tanya lagi ini apa? Dia hanya terdiam atau berkata “bibibib, klek
klek klek, tuktuktuk …..
Umar memiliki adik saat berumur 22 bulan. Fokusku terpecah menjadi dua, dan waktu rasanya berlalu begitu cepat sehingga tak terasa Umar sudah hampir 3 tahun. Aku ingat perkembangan Maira saat itu sangat cepat bila dibandingkan kakaknya waktu seusianya…Maira 1,5 bulan sudah bisa telungkup sendiri tanpa harus distimulasi, umur 4 bulan sudah bisa merayap, umur 6 bulan sudah bisa diajari duduk, umur 7 bulan sudah bisa merangkak kemana-mana, dan diusianya 11 bulan sudah bisa jalan. Dahulu, kakaknya umur 17 bulan baru bisa berjalan. Bukan bermaksud membandingkan, hanya saja ini penting untuk melihat tumbuh kembang kedua anakku. Alhamdulillah karena Maira cukup mandiri dalam perkembangannya, aku mulai menyadari ada beberapa kejanggalan pada anak pertamaku dan berjanji untuk lebih fokus ke dia….
Awalnya aku berfikir bahwa anakku hanya terlambat bicara saja. Akhirnya karena aku sering gelisah, aku mengajak suamiku untuk memeriksakan anak kami ke dokter anak sekitar bulan oktober 2018 lalu saat itu usianya sekitar 2 tahun 5 bulan. Dengan beberapa test, seperti kontak mata, dipanggil namanya dan menjawab beberapa kartu bergambar. Setelah menjalani test tersebut, anakku didiagnosa Speech Delayed, dokter menyarankan agar anakku sering-sering diajakin ngobrol. Sebenarnya untuk ngobrol atau semacamnya sudah berusaha kami lakukan. Tapi yang kami agak kesusahan adalah kontak mata dan dipanggil namanya. Anakku sering tidak menjawab bila namanya dipanggil, dan ketika mainan seringnya bermain sendiri, dan dia suka menjejerkan mainannya sampai panjaaaaang sekali….
Setelah mendapat
diagnosa Speech Delay, awalnya aku
tidak terlalu panik dan langsung browsing internet tentang penyebab Speech Delay. Beberapa disebutkan bahwa
anak laki-laki memang sedikit lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Aku
sedikit tenang, mungkin memang benar tapi tanpa aku sadari ini menjadi positif toxic buat aku….
Januari 2019, waktu itu usia Umar sekitar 2 tahun 7 bulan, 5 bulan lagi usianya 3 tahun. Tapi penambahan kosakatanya teramat sedikit, mungkin hanya 10-15 kosakata yang dia bisa. Mengajaknya ngobrol? Sudah sangat sering, bahkan hampir sampai sedikit emosi karena dia tidak menghiraukan atau menggubrisnya karena namanya dipanggil juga susah. Akhirnya, saat itu aku berusaha menyingkirkan anggapan bahwa anak laki-laki terlambat bicara, mungkin memang benar but It’s not a solution, menunggu tanpa berusaha itu sama saja dengan N I H I L. Dengan semua tanda-tanda kejanggalan yang aku rasakan sudah cukup, aku tak mau lagi menunggu anakku berbicara tanpa usaha atau effortku yang kuat.
Akhirnya waktu
itu aku memutuskan untuk menyekolahkan Umar, memang aku tahu belum saatnya dia
disekolahkan, tapi aku berfikir apa karena anakku hanya di rumah saja jadi dia
kurang pergaulan sehingga kosakatanya tidak bertambah..PAUD itu dekat sekali
dengan rumahku, tapi kesana tetap naik bentor…Setelah mendaftarkan anakku,
dengan NOTABENE “anak saya belum bisa bicara bu, mohon perhatian lebih buat
dia”. Setalah membayar biaya masuk yang terbilang cukup murah yaitu hanya 50
ribu, anakku dengan mantap aku sekolahkan disitu…Tanpa seragam, karena aku
bilang ke gurunya masih uji coba dulu…”Iya ga papa bunda..”
Hari pertama
anakku sekolah, alhamdulillah dia tidak nangis ataupun berteriak teriak. Aku
bersyukur, tapi beberapa keganjilan yang memang aku bisa tebak sebelumnya
adalah anakku tidak membaur dengan teman-temannya. Saat pelajaran dimulai dan
anak-anak duduk rapi di depan gurunya, Umar menjauh dan berlari-lari kecil
sambil mencari sesuatu…Akhirnya dia mendapatkan yang diinginkannya yaitu GAJAH.
Ya, di dalam ruangan itu ada gajah yang terbuat dari kayu, dia mengambilnya dan
tertawa-tawa.
Awalnya aku
tenang, toh ini hari pertama dia masuk sekolah. Tapi beberapa jam kemudian, aku
merasa sedikit malu karena ketika anakku didekati anak lain dia marah
menjerit-jerit tidak mau diganggu, tidak ingin mainannya diambil. Aku pun
menenangkannya, dan akhirnya kami pulang…Sudah hampir seminggu anakku sekolah
tapi masih saja dengan kondisi yang sama, tidak mau membaur dan asyik dengan
mainan-mainan binatang di PAUD itu. Ketika break,
alhamdulillah anakku lumayan senang dengan permainan seperti kursi putar
mungkin itu hiburannya karena di tempat kami jauh dari playground bermain anak.
Aku senang, alhamdulillah dia cukup terhibur walaupun untuk naik perosotan dia
sangat takut sampai menjerit-jerit.
Tepat di hari
kesepuluh sepertinya gurunya sudah mulai terbiasa dengan keadaan “aneh” anakku,
ketika anakku asyik dengan mainannya sang guru itu berkata “Kasih biar saja,
dia memang begitu jangan diganggu”. Jleb, seketika hatiku runtuh mendengar
ucapan sang guru, ya walaupun memang aku tahu mungkin anakku cuma menjadi anak
bawang yang tak dianggap. Ingin rasanya aku berharap lebih supaya sang guru
mengajari anakku sedikit sedikit dengan sabar, tapi sepertinya memang tidak
bisa diharapkan. Dan aku sadar itu bukan tupoksinya….
Setelah dua
minggu bersekolah disana, aku memutuskan untuk menstopkan dulu Umar bersekolah
disana. Alasan pertama karena dia jadi sering sakit, ga mau makan dan berat
badannya turun. Umar beratnya memang selalu di garis kuning, karenanya selain
berusaha supaya dia bisa bicara, akupun harus memperhatikan berat badan yang
sering turun, jarang naik. Alasan kedua adalah karena anakku sepertinya kurang cocok sekolah disana mungkin hanya akan mengganggu konsentrasi anak-anak lain yang sedang belajar (karena keanehannya)...Hmm..
Sebulan
kemudian, akupun memutuskan untuk berkunjung ke dokter anak lagi. Dokter anak
disini cuma satu-satunya se kabupaten. Setelah observasi beberapa saat,
akhirnya dokter membuatkan kami surat keterangan dari rumah sakit bahwa anak
kami mengalami Speech Delayed dan
membutuhkan terapi yang memang disana tidak ada. Klinik tumbuh kembang tidak
ada disini…saat itu aku baru sadar bahwa yang dibutuhkan anakku adalah TERAPI
yang kami sebagai orang tua sangat awam kenapa, apa, dan bagaimana TERAPI itu
sendiri. Kata dokter biasanya klinik atau Rumah sakit yang tersedia bagian
tumbuh kembangnya menyediakan fasilitas tersebut. “Anak ibu sebaiknya segera di
bawa ke bagian tumbuh kembang, disini tidak tersedia fasilitasnya. Karena
kasihan jika hanya dibiarkan seperti itu karena nantinya akan terlambat ke
semua aspeknya, kasihan..”. Aku benar-benar kepikiran ucapan dokter, aku sedih
dan ga tahu harus bagaimana..”
Saat itulah kami
kepikiran untuk pindah…kalau dari sisi kami, terus terang kami nyaman disini, dengan
semuanya. Dengan alamnya, dengan sahabat-sahabat kami, dengan ikannya, dengan
keramah tamahan penduduknya, dengan budayanya dan masih banyak lagi. Hanya
saja, buah hati kami tidak bisa menunggu sampai dia besar disini, ini sama saja
dengan mengucilkannya sebab ia tidak bisa berkomunikasi. Aku takut memikirkan
masa depannya, Ya Allah berikanlah kami jalan….
Di sela-sela
kesibukan kami, kami menyempatkan untuk mengajak Umar jalan-jalan ke alun-alun.
Di sana ada taman yang luas dengan rerumputan dan lapangan basket di
tengah-tengahnya. Disini kami merasakan keganjilan kedua, anak kami hanya
berjalan lurus ke depan tanpa menyadari sekitarnya bahkan tanpa menyadari
kehadiran kami disana. Dia terus berjalan sambil berlari, ketika kami panggil
dia benar-benar tidak menoleh. Ya Allah, kenapa anak kami? Nanti kalau misal
ada kendaraan atau binatang gimana? Orang-orang dia alun-alun itu beberapa ada
yang menengok kami, mungkin karena kami tengah sibuk mengejar-ngejar anak kami
sambil memanggil-manggil namanya…
Pun, ketika aku
mengajak Umar berkeliling kompleks Perum Piloliyanga, Umar hanya berjalan lurus
saja, aku mulai terbiasa untuk berlari-lari mengejarnya sambil memanggil
namanya. Berusaha untuk tidak peduli dengan anggapan orang-orang kepada kami.
Tapi menurutku dengan mengajaknya sering berjalan-jalan berarti membiasakannya
untuk mengenal dunia sekitar. Keganjilan ketiga yang kami rasakan adalah anakku
sering mengalami ketakutan yang berlebihan. Di samping Perum kami ada sekolah
TK nah disitu selain ada permainan kursi putar, perosotan, ada juga
gelantungan. Setiap sore aku mengajaknya kesana, karena aku belum pernah
menggelantungkannya di gelantungan besi. Aku mengajarinya bergelantungan, dan
setelah itu dia menangis histeris. Dia amat ketakutan. Ini akhirnya berefek
pada dia yang tidak mau lagi ke arah TK. Umar akan menjerit dan menangis
histeris, Ya Allah….
Juni 2019, Umar
sudah berumur 3 tahun. Dan…dia masih seperti itu, belum menunjukkan saat kami cuti tahunan untuk lebaran di tempat
suami (Bekasi, Jawa Barat). Kami pun memutuskan untuk membawa anak kami ke
rumah sakit yang ada klinik tumbuh kembangnya. Saat mendaftar, kami diarahkan
untuk ke dokter anak dan ke dokter psikolog. Alhamdulillah dua-duanya ada saat
itu, tapi kami menunggu lumayan lama. Setelah giliran kami, kami pun
menjelaskan tentang keluhan dan yang terjadi pada anak kami. Anak kami pun di
observasi dengan melakukan beberapa test. Aku melihat beberapa kali dokter
mencentang tidak. Setelah banyak pertanyaan dan test yang dilakukan akhirnya
kedua dokter menyarankan kami agar anak kami diterapi di klinik tumbuh kembang.
Dan terapinya adalah terapi sensori integrasi (SI) sambil menulis di surat
keterangan dokter. Kami pun bertanya anak kami kenapa, dokter berkata bahwa
anak kami mengalami gangguan Autism
Spectrum Disorder (ASD) dengan PDD NOS. Deg, Jederr rasanya seperti hatiku
hancur berkeping-keping. Aku tak menyangka bahwa anakku ASD…….
Aku seperti ga
terima rasanya kalau anakku autis seperti ada rasa denial saat itu. Aku ingin rasanya menepis bahwa anakku tidak
autis. Langsung saja aku searching tanda-tanda autis dan memang hampir 90
persen mirip dengan yang di internet. Tanda-tandanya adalah:
1.
Susah melakukan kontak mata, selalu menghindari
bertatapan dengan orang lain. Padahal itu bentuk interaksi sosial pertamanya.
Aku beryukur di
saat fase-fase denialku aku dipertemukan dengan sebuah vlog salah satu artis
yang anaknya juga menderita ASD. Banyak pengetahuan dan informasi yang aku
peroleh. Ternyata memang ada fase dimana orang tua tidak akan bisa menerima kalau
anaknya disebut autis. Dan mencari pembenaran ke dokter lain bahwa anaknya
hanya speech delayed atau terlambat
bicara. Setelah mereka konsultasi akhirnya ada di suatu titik bahwa APAPUN
KONDISI/DIAGNOSA DOKTER tidak akan
merubah kondisi anak tersebut tanpa ikhtiar. Dan ikhtiar untuk anak yang
mengalami gangguan tersebut adalah dengan TERAPI.
Ya Allah,
seperti diberikan petunjuk oleh Allah, akupun menyingkirkan kesedihanku. Anakku
ISTIMEWA, ANAKKU SPESIAL, Allah pasti menitipkan anak ini karena kami sanggup….Aku
mulai mencari tempat terapi untuk anakku yang tentunya sesuai dengan budget dan
waktu kami selama kami cuti disini….
Lanjut Pendaftaran ke Satria Kids:
https://moniceoktavina.blogspot.com/2019/06/pendaftaran-ke-satria-kids-speech-delay.html)
Copyright ©
Monice and Family | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com