Sunday, June 04, 2023

Tawakkal

Bismillah,

Mendekati kelulusan (aamiin) semester genap nanti, itu artinya sudah akan aktif lagi di dunia official. Alhamdulillah sudah hampir 2 tahun, mengurus rumah tanpa bantuan asisten rumah tangga. Berbagi tugas sama suami, dan terkadang anak-anak dititip di daycare jika kuliah. Meskipun capek, tapi rasa happy tidak terkirakan dibandingkan saat bekerja. Jujur, memiliki anak itu adalah tanggung jawab yang sangat luar biasa besarnya, karena tanggung jawab itu bukan hanya beberapa bulan setelah melahirkan (dengan adanya cuti melahirkan pegawai yang hanya 3 bulan), tetapi bertahun-tahun setelahnya sampai si anak bisa mandiri mungkin SMP atau SMA. Itupun kita sebagai orang tua sering cemas bagaimana keadaan anak di rumah selama di kantor. Seringkali terbesit pikiran seandainya dekat dengan orang tua....

Sungguh terkadang pikiran-pikiran itu sering sekali muncul. Dalam benak selalu teringat ketika anak-anak pulang kampung dan bersenda gurau dengan nenek datuknya. Ah, seandainya jarak begitu dekat dan tidak memisahkan kami..tapi, pikiran itu segera aku tangkas lagi ketika mulai tersadar bahwa takdir ini yang harus dijalani. Bahwa kita tidak bisa bergantung pada manusia, tetapi bergantung pada Pemilik Alam Semesta. Bahwa ternyata masalah itu akan selalu ada di manapun kita berada. Bagaimana kita bisa menghandle semuanya jika tanpa Allah? Ujung-ujungnya adalah tawakkal, apa yang kita usahakan, apa yang kita lakukan semuanya kembali lagi berserah diri. Bahkan kita berada di titik kita saat ini itu hanyalah karena Allah yang memberikan bantuan dan rezeki kepada kita.

Mengubah mindset seperti itu memang tidak mudah, tetapi itulah hidup. Tidak semua yang kita jalani akan indah terasa, akan ada batu-batu kerikil yang terkadang membuat kita tersandung. Kenapa tawakkal? karena hanya kita sebagai muslim yang tahu makna tawakkal itu. Bahkan di negara paling beradab sekalipun seperti Jepang atau Korea Selatan. Kenapa angka kelahiran di sana semakin rendah dengan tingkat suicide yang tinggi? ya karena mereka tidak mengenal tawakkal. Prinsip-prinsip ekonomi kapitalis menguasai pikiran anak-anak muda sehingga tidak ingin memiliki anak yang akan memakan biaya hidup sangat tinggi. 

Biaya hidup memang semakin tinggi, tapi rahmat Allah begitu luas...apapun bisa Allah kabulkan jika kita percaya bahwa Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Maka dari itu, penting sekali menanamkan ilmu agama kepada anak-anak kita di tengah kondisi dunia yang tidak lagi seperti zaman dahulu. Di era yang semuanya serba digital, dan anak-anak lebih terbiasa dengan gadgetnya dibandingkan bukunya. Wallahu a'lam, sekelumit cerita di malam hari yang membuat pikiran sedikit lega setelah dituliskan. Semoga Allah senantiasa memberikan kita jalan keluar atas permasalahan-permasalahan yang kita hadapi, aamiin..

Artikel Terkait

0 komentar:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Pengunjung Blog

Labels

A EKMET (1) A MACRO (1) A MATEK (1) A MENULIS (1) A MICRO (1) ENGLISH (13) ISLAMI (9) KISAH (24) KUE (2) KULINER (3) LEARNING (23) Menjahit (6) MONICLENS (8) MY CREATION (12) MY LOVELY FAMILY (17) NGAJI (1) NOSTALGIA (14) PUISI (7) RESENSI FILM (6) STORY (38) TAJWID (1) TESTIMONI (2) TIPS dan TRICK (16) TRAVELLING (40) TSAQOFAH (1) Umar (9)

Alih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Monica Oktavina. Powered by Blogger.

Blog Archive

Flag Counter

Flag Counter

About Blogger

Hello guys, I am a mother of two kids, hopefully this blog useful for you, do not forget to follow this blog to get more information ^_^ (Instagram: moniceoktavina12. Youtube: Monica Oktavina) Contact Us: moniceoktavina@gmail.com

PRIVACY POLICY

Copyright © Monice and Family | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com