Suasana Tumbilotohe di Tilamuta, Gorontalo
Lebaran kali ini kami habiskan di tanah rantau Gorontalo. Gorontalo yang mayoritasnya beragama muslim memiliki sebuah tradisi yang unik dan mungkin hanya ada satu di Indonesia. Nama tradisinya adalah Tumbilotohe..dari cara penyebutannya saja sudah susah banget apalagi lidahnya orang Jawa pasti kebelibet deh ngucapinnnya, hehe. Tumbilotohe adalah sebuah tradisi menyalakan pelita di malam hari di penghujung Bulan Ramadhan. Awalnya saya mengira bahwa Tumbilotohe itu berlangsung sepanjang minggu terakhir bulan Ramadhan hingga lebaran. Kami pun berencana ke kota di hari kedua libur lebaran. Ternyata anggapan saya salah, Tumbilotohe hanya diadakan pada tanggal 28, 29, 30 Ramadhan. Karena ketidaktahuan kami, keinginan untuk menyaksikan Tumbilotohe di kota saat lebaran pun sirna. Tapi tak apalah di Tilamuta alhamdulillah juga ada Tumbilotohe yang cantik-cantik. Dari cerita teman sekantor, tradisi Tumbilotohe ini sudah berlangsung sejak lama sebelum listrik masuk ke rumah-rumah. Setiap rumah menghias halaman rumah mereka dengan pelita yang terbuat dari sumbu kompor yang diisi minyak tanah dan dibakar di atas tempurung kelapa. Tempurung tersebut kemudian diletakkan pada sebuah batang bambu yang sudah dibelah pinggiran atasnya terlebih dahulu menyerupai jari. Selain itu pelita juga ditaruh di atas janur yang melengkung seperti layaknya ada hajatan. Jumlahnya pun bervariasi tergantung kreatifitas si pemilik rumah. Sedikit maupun banyaknya jumlah pelita yang dipasang oleh masing-masing rumah tetap menyemarakkan tumbilotohe yang bersinar dengan cantik di malam yang gelap.
Seiring dengan berkembangnya zaman, tumbilotohe tidak hanya berupa pelita tradisonal dengan nyala api yang ditiup angin. Warga yang tidak ingin repot menggantinya dengan lampu hias yang dipasang melengkung seperti penjor. Bentuknya pun brmacam-macam, ada yang seperti kanopi, ada yang berbentuk hati, pohon cemara, lampion, dsb. Dengan aneka warna yang berkedip-kedip.
Kami menyaksikan tumbilotohe pada malam ke 28. Kami menyusuri jalan-jalan di sepanjang kota Tilmuta dengan naik motor. Saya terkagum-kagum, indah banget pemandangan di luar. Di antara semua jalan yang paling menarik adalah jalan di sepanjang Desa Ayuhulalo. Tumbilotohenya dibuat serapi mungkin dan menurutku paling banyak pelitanya. Satu rumah bisa menyalakan lebih dari 50 pelita dan itu benar-benar hampir di setiap rumah di sepanjang jalan itu..
Kesan yang kami rasakan selanjutnya adalah romantisme. Ya, menurut kami tumbilotohe itu ROMANTIS. Romantis seperti di film-film drama...kayak drama korea yang kalo cowok ingin menyatakan cinta maka tempatnya disetting penuh dengan lilin-lilin bertebaran di sepanjang taman. Atau seperti film indonesia 'Dealova' yang tempat romantisnya di sebuah resto yang kolam renangnya dihiasi dengan lilin-lilin yang mengambang di atas air berbentuk hati (love). Hehehe tumbilotohe lebih romantis dari itu sobat coz anda bisa menyaksikannya di sepaaaaaanjang jalaaan! Karena tumbilotohe ini ada di hampir semua wilayah Gorontalo, dari kota hingga Pohuwato. Bahkan karena event ini unik dan menarik maka pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata menyediakan minyak tanah gratis selama event ini berlangsung. Hal ini bertujuan agar tradisi ini tidak punah dan bisa menarik para wisatawan yang berkunjung ke Gorontalo.
Selama penyusuran kami di sepanjang kota Tilamuta, kami (tepatnya suami) menemukan spot menarik dekat alun-alun kota. Tumbilotohenya dibuat berbentuk kapal-kapalan dan aku merasa seperti 'The Adventure of Rapunzel' hehe cuman bedanya kalo di rapunzel lampion-lampionnya kan terbang nah kalo ini ga terbang. Kami foto-foto deh disitu. Huwaaa romantisnyaaaaa....
Gimana sobat??menarik bukan???:-) Ayo yang penasaran ke Gorontalo pas puasa tahun depan, hehehe...:-)
By: monica
0 komentar:
Post a Comment