Read More

Slide 2 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 3 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 4 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 5 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo
Read More

Slide 6 Pulo Cinta

Wisata Pulo Cinta Boalemo

Sunday, March 14, 2021

Terapi di Yamet Smart Galaxy Center (2 tahun)

Assalam'alaikum Wr Wb

Lanjut ceritanya..

Sebenarnya kenapa sih harus diceritain tentang treatment anak secara mendetail? Jadi, saya itu suka sharing pengalaman, karena saya pernah berada di kondisi itu. Kondisi yang ga tahu ke depannya gimana dan cuma bisa ikhtiar dan tawakkal. Dan barangkali ada di luar sana yang memiliki anak spesial. Jangan berkecil hati bun, insya Allah jika kita menerima Allah pasti akan memberikan jalan keluarnya. Semakin kita denial atau menyangkal bahwa anak kita ga papa, maka akan semakin telat si anak mendapatkan terapi untuk tumbuh kembangnya. Jadi fase menerima itu adalah fase yang paling penting sih menurut saya. Saya selalu yakin akan pertolongan Allah SWT. Tapi dalam hati kecil saya, saya harus berbuat sesuatu yang bisa saya lakukan saat ini. Dan yang paling penting adalah rasa menerima dan memberikan hak kepada anak semampu yang kita bisa lakukan....

Maira nganterin Ahmad terapi

Setelah 6 bulan terapi di Satria Kid, entah kenapa saat itu saya melihat sebuah survei tahun kemarin yang salah satu sampelnya adalah Yamet Tumbuh Kembang Anak. Seperti ada petunjuk dari Allah, saya kemudian searching tentang Yamet Development Centre. Ya memang tempat terapi anak saya juga hasil searching2 di Google. Alhamdulillah banget ternyata Yamet Smart Galaxy itu lebih dekat ke tempat saya dibandingkan SKC. Jadi kalau ke SKC, butuh waktu 1 jam naik motor, kalau ke Yamet hanya 20-30 menit saja (menghemat waktu 30 menit). Dan perjalanan kesana melewati perumahan elit di Galaxy yang bikin betah mata memandang..

Singkat cerita, saya mendaftarkan Ahmad ke Yamet pada November 2019. Alhamdulillah saya langsung sreg karena semua pegawai dan terapisnya mbak-mbak berhijab, dan juga mengedepankan konsep Islami. Sebelum daftar, Ahmad di assesment terlebih dahulu. Karena ahmad sudah pernah terapi, ada beberapa pertanyaan yang sebelumnya terisi silang sekarang menjadi centang (alhamdulillah). Jadi selain menjawab pertanyaan, Ahmad juga di tes Sensori Integritas dulu selama 1 jam, mungkin itu salah satu cara untuk melihat dimana letak kekurangan sang anak. Bu Intan memberikan penjelasan ke saya hasil dari assesmentnya, Ahmad memang masih sangat kurang di motorik, sensoriknya, termasuk beradaptasi dengan lingkungan..dan memang karena saat itu Ahmad masih minim kosakata, jadi memang sangat dan harus diterapi. Dan jika dilihat dari hasil tesnya, alhamdulillah Ahmad tidak menunjukkan gejala autis berat (Seperti fokus terhadap suatu benda yang berputar, dan memukul atau menghentakkan jari jemari) sehingga Bu Intan menyimpulkan bahwa kemungkinan Ahmad mengalami kesulitan berkonsentrasi atau Attention Deficiency Disorder (ADD-ADHD). Bu Intan menyarankan untuk mengambil terapi minimal 6-8 jam per minggu, minimal ada Terapi Sensori Integritas 2x, Behaviour Terapi 2x, Okupasi Terapi 2x. Itu minimalnya, kemudian Bu Intan menjelaskan tentang konsep Golden Age:

Golden Age merupakan masa keemasan anak, dimana golden age sendiri terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Golden Age 1: Umur 1-3 tahun, dimana anak belajar tentang menguatkan saraf-saraf motorik dan sensoriknya serta kemampuan berbicara.

2. Golden Age 2: Umur 3-5 tahun, pada golden age 2 anak akan membiasakan habitnya dan menjadi kebiasaannya nanti, maka terapi motorik dan sensorik yang terlambat di golden age 1 HARUS SEGERA dikejar di golden age 2 karena jika tidak maka anak akan kesulitan dalam memahami konsep dan ketangkasan.

Kata Bu Intan, ahmad sudah melewati fase golden age 1, jadi dia harus mengejar ketertinggalannya di Golden AGe 2 karena dikhawatirkan jika terlambat maka dia akan sulit mengejar ketertinggalannya dan akan seperti itu....Seketika aku melihat Ahmad, kasihan, tapi alhamdulillah insya Allah ini jalan keluarnya...

Saya memutuskan untuk melanjutkan terapi ahmad di Yamet, dan berhenti di Satria Kid, sebenarnya pas awal-awal masih di dua tempat ini karena di Yamet jamnya sudah full di hari weekend. Selang sebulan alhamdulillah sudah dapat jadwal tetap yaitu Sabtu dan Minggu, karena senin-jumat kami kerja dan agak susah bolak balik rumah sehingga seneng banget dapat jadwal di weekend. Alhamdulillah anaknya juga cocok..

Mengenai biayanya, per 1 jam itu 135 ribu jika di weekdays (senin-sabtu), dan 150 ribu per jam di hari minggu. Dan masing-masing hari minimal 2 jam pertemuan. Jadi saya mengambil SI, TW di hari sabtu dan BT, OT di hari minggu...Jadi bisa dikalikan berapa kalau sebulan ya bun..

Tapi menurut saya selagi saya masih bisa mengusahakan, akan saya usahakan..insya Allah rezeki akan datang dari arah mana saja..Allah Maha Kaya dan Maha Memberikan Rezeki. Yang penting anaknya semangat, kami pun semangat....

(Bersambung)


Read More

Saturday, February 27, 2021

Perjalanan MY SPECIAL KID di Satria Kids Center Selama 6 Bulan

 Assalamu'alaikum Wr Wb

Hai friends..

Seperti halnya apa yang saya targetkan di tahun ini yaitu mau fokus ke anak-anak saya. Sebenarnya memang sesibuk apapun saya sebisa mungkin memprioritaskan pendidikan anak-anak saya. Jadi gini..saya pernah bercerita bahwa 2 tahun yang lalu anak saya yang pertama mengalami keterlambatan bicara (speech delay) bahkan sempat didiagnosa ASD oleh dokter. Dan sewaktu anak saya didiagnosa ASD, itu membuat dunia seakan runtuh. Anak saya memang sedikit berbeda dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Perbedaan yang paling mencolok adalah anak saya belum bisa bicara di usianya yang sudah menginjak 3 tahun kala itu. Singkatnya, si kaka memang baru bisa 5 kosa kata dalam usia 3 tahun. Dan secara tumbuh kembang anak, itu bisa dibilang sangat terlambat karena umumnya anak 3 tahun sudah bisa seratusan lebih kosa kata dan tahu arti yang dimaksud. Pengalaman saya memiliki anak kedua yang usianya tahun ini 3 tahun (2021), itu sangat berbeda dengan kakanya 2 tahun yang lalu (2019). Adiknya sekarang sudah sangat lancar bicaranya, kosakatanya sudah sangat banyak karena dia gampang menirukan apa yang kami ucapkan, bahkan sudah bisa berkomunikasi 2 arah. Terkadang adiknya juga tiba-tiba nyeletuk yang bikin kami terheran-heran dengan kalimat yang dia ucapkan yang terkesan dewasa banget untuk anak seusianya.

Lanjut ke cerita anak pertama saya ya..

Melihat anak saya seperti itu dan diagnosa seperti itu membuat kami mengambil keputusan untuk pindah kerja. Karena di tempat kami dahulu memang tidak ada fasilitas tumbuh kembangnya. Dokter menyarankan anak saya untuk mengambil terapi tumbuh kembang. Saya bertanya kepada dokter "Kira-kira berapa kali terapi dok anak saya bisa bicara?" Dokter itu tersenyum "Terapi itu bukanlah dalam jangka waktu yang singkat, tidak bisa sekali, 2 kali, 3 kali, tetapi bisa bertahun-tahun tergantung tingkat keparahan dan penyerapan anak tersebut". Duh, saat itu rasanya kek ga bisa diungkapin dengan kata-kata. Terlebih lagi dengan diagnosa dokter dari rumah sakit terkenal yang membuat kami speechless. Bagaimana tidak, ada bayang-bayang ketakutan kami jika anak kami benar-benar autis. Karena dalam bayangan kami anak autis itu cenderung menyakiti diri sendiri dan benar-benar keluar dari dunia nyata ke dunianya sendiri. Anehnya dalam beberapa hari (ga sampai 1 minggu kayaknya) saya mulai menerimanya dan segera meghilangkan rasa denial saya...Saya menerima semua kekurangan anak saya, dan saya ikhlas. Saya accepted, saya harus ikhlas karena bagaimanapun juga, anak ini titipan Allah dan saya harus memberikan yang terbaik buat dia, apalagi mengingat saya dulu sangat merindukan kehadiran Sang Buah Hati.

Dengan kondisi si kaka yang benar-benar super cuek, dipanggil ga respon, kosakata sedikit, terus jika minta apa-apa selalu menangis tanpa memanggil nama saya, TIDAK MENUNJUK hal yang dia inginkan, kemudian dia sangat suka main sendiri (Hati-hati ya bun, kalau anak anda menunjukkan gejala-gejala tersebut. Harus segera dibawa ke spesialis anak). Dan ada moment dimana anak ini benar-benar ga kenal sama sekali dengan orang tuanya ketika di luar rumah. Anak saya hanya berlari tanpa arah, jika kami mengajaknya jalan-jalan. Dan tentunya saat saya memanggil namanya sama sekali dia tidak menoleh. Yups, terkadang terlintas rasa weird dilihatin  banyak orang karena saya harus mengejar-ngejar anak saya yang sudah berlari jauh tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Sebenarnya lebih ke yang takut gitu kan dia kayak ga denger suara motor atau mobil (serem banget). Jadi, dari pengalaman tersebut dan berdasarkan hasil browsing saya, anak ini harus diet ketat. mungkin temen-temen pernah denger yang namanya diet GFCF (Gluten Free Casein Free). Jadi diet itu adalah mengindari protein gluten seperti yang terdapat pada tepung terigu (gandum), kemudian tidak boleh mengkonsumsi casein yang berasal dari susu sapi, ditambah tidak boleh mengkonsumsi gula. 

Ini BUKANLAH HAL YANG MUDAH mengingat anak saya itu kurus dan pilih-pilih makanan. Beratnya di bawah garis kuning, dan ditambah dengan diet, mau jadi apa coba? Hehe, saya sempet berfikiran seperti itu. Tapi saya bersyukur karena anak saya masih bisa makan nasi dan telur, jadi ya udah susunya yang diganti pakai susu soya. Sebenarnya manfaat dari diet tersebut itu adalah untuk mengontrol perilaku si anak, karena anak dengan gluten dan casein berdasarkan penelitian lebih hiperaktif dan susah konsentrasi sehingga susah diberitahu. Jadi, suka ga suka sy terapin ke anak saya walaupun ya beratnya pas-pasan. Alhamdulillah, dia jadi lumayan anteng walaupun masih belum mau noleh kalau dipanggil. Dengan kondisi anak saya yang seperti itu membuat saya berfikir dan memutuskan untuk pindah. Dalam benak saya, saya tidak memerlukan jabatan dan karrier yang penting anak saya bisa mendapatkan perlakuan dan terapi terbaik yang bisa kami usahakan secara maksimal dibanding saya hanya berdiam diri dan membiarkan anak saya seperti itu. Itu ga fair banget buat dia kan?

Alhamdulillah singkat cerita dengan izin Allah, kami pun pindah ke tempat yang kami sangat harapkan. Saat itu saya pun mulai mencari-cari tempat terapi, mulai dari yang mahal, dan akhirnya nemu yang sesuai budget kami yaitu Satria Kid Centre seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya. Dan sedikit demi sedikit anak kami mulai mengalami perubahan. Oh iya, sebenarnya satu bulan sebelum kami pindah saya sempat mengubah nama panggilan anak saya yang semula Umar menjadi Ahmad. Kenapa sih namanya diganti? Banyak pertanyaan seperti itu muncul..jadi sebenarnya bukan namanya yang diganti, hanya nama panggilannya saja. Karena saya merasa agak berat melafalkan "Umar" kalau setiap memanggil si kaka, karena lidah saya kurang fasih dalam melafalkan huruf R. Saya berfikir matang-matang dalam perubahan nama panggilan tersebut, karena ada juga dalam fikiran saya ingin mengganti namanya keseluruhan. Tapi alhamdulillah Allah memberikan petunjuk dan kami memantapkan hati mengubah nama panggilan kaka menjadi Ahmad, karena kami berharap nama tersebut akan membawa berkah ke dirinya sesuai dengan artinya yang berarti "Yang Terpuji" seperti nama Baginda Rasulullah SAW.

Saya akan cerita ya (panjang banget kalau diceritain tapi saya coba persingkat). Tempat terapi pertama anak saya adalah Satria Kids Centre. Sebelum terapi, anak kami harus di assesment terlebih dahulu untuk melihat seberapa jauh tumbuh kembangnya saat ini. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, anak kami sebenarnya memang agak telat karena jalan saja di usia 17 bulan. Dari segi motorik dan sensorik juga mengalami keterlambatan, misalnya dalam hal mengunyah makanan (sering melepeh), gerak cepat, tidak tanggap, pilih-pilih makanan, terus belum benar memegang pensil dan menulis, tidak bisa membuat lingkaran, tidak bisa melompat, tidak menoleh saat dipanggil, dsb. Pertanyaannya mirip saat kami ditanya oleh dokter di rumah sakit. Bedanya, disini diagnosanya masih mengambil diagnosa dokter dan untuk terapi yang dianjurkan ada 3 yaitu:

1. Terapi Sensori Integritas (SI)

2. Terapi behaviour

3. Okupasi Terapi (OT)

Nanti di postingan selanjutnya akan saya jelaskan perbedaan ketiga terapi tersebut. Kenapa ga langsung terapi wicara? Terapisnya (Pak Tri H.) bilang karena anak ibu itu harus nurut dulu akan perintah. Saat ini, dia belum bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh kita, sedangkan terapi wicara itu harus bisa diatur terlebih dahulu perilakunya bu..mungkin kalau anak ibu cepat, 6 bulan lagi bisa dilakukan terapi wicara...Dan, saat dilakukan assesment itu, bukan hanya hasil dari terapisnya saja yang kami dapat, tetapi juga motivasi dan apa yang harus kami lakukan di rumah. Jadi motivasi yang diberikan oleh si bapak yaitu: 

1. Semakin cepat dilakukan penanganan maka hasilnya akan lebih baik. Jadi, dalam tumbuh kembang itu selama anak ibu tidak memiliki penyakit bawaan berarti ini BUKAN PENYAKIT. Jadi tidak ada obatnya..Ini adalah GANGGUAN/DISORDER, dan gangguan itu tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikurangi. 


Gangguan tersebut dimisalkan seperti piramida, gangguan ASD/PDD NOS termasuk cukup berat, dan yang bisa dilakukan adalah mentreatmentnya supaya tidak semakin terjerembab masuk ke dunianya sendiri sehingga sulit untuk dikeluarkan dari dunianya tersebut. Anak, harus diajarkan mengenal dunia sosialnya, dan treatment pertama yang memang paling pas untuk anak spesial tersebut adalah Sensori integritas. Anak diajarkan melatih keseimbangan, melatih kekuatan motorik, ketangkasan, dsb. Dan jika kita sudah bisa mengeluarkan/menarik si anak dari dunianya, maka insya Allah akan semakin mudah untuk berlanjut ke tahapan-tahapan berikutnya..Pernah ada anak yang dibawa kesini dengan diagnosa tersebut kemudian selang beberapa bulan, diagnosanya ke arah yang lebih baik. Dan diasah ketertarikan mereka sehingga mereka pun bisa diterima di masyarakat dan sekarang ada yang alumninya bisa menghasilkan uang dari dunia musik. Namun, ada juga anak yang memang berkebutuhan khusus karena dibiarkan saja, maka keautisannya akan semakin dalam hingga menyakiti dirinya sendiri dan orang di sekitarnya, na'udzubillah.

Jadi, semakin anak ibu ditangani dengan cepat dan konsisten, dan cepat tanggap insya Allah anak ibu masih bisa diarahkan. Mendengar hal itu saya menjadi sangat lega..ternyata ada harapan-harapan baru yang selama ini belum muncul dalam benak saya.

2. Peran orangtua. 
Untuk tumbuh kembang anak, peran orang tua sangat penting. Terutama dalam memberikan perintah ke anak. Kami diajarkan bagaimana cara melafalkan kalimat perintah ke anak, sistemnya mirip seperti sistem ABA yang kami pernah lihat di youtube (bahkan kala itu saya mendownload sistem ABA untuk anak autis mulai dari Part 1 sampai part4 dari Kementrian Pendidikan kalau ga salah). Jadi, pertama-tama anak diajarkan untuk menoleh (disebut namanya) dengan cara kita panggil namanya kemudian jika anak tidak menoleh BIARKAN, kemudian kita panggil untuk kali kedua, jika anak tidak menoleh BIARKAN. Kemudian kita panggil lagi untuk ketiga kali, jika anak tidak menoleh BANTU dia untuk menoleh. Lakukan hal tersebut untuk perintah-perintah yang lain misalnya ambilkan baju, dsb. 

Untuk kalimat perintah sendiri ada aturannya, jangan memerintah anak dengan kalimat perintah yang bertele-tele, misalnya "Nak, tolong ambilkan handuk warnanya putih di atas lemari". Sebenarnya kalimat tersebut benar, hanya saja untuk anak berkebutuhan khusus kalimat tersebut cenderung bertele-tele. Jadi harus SINGKAT dan JELAS. Misal: "Ambil BAJU", "Ambil HANDUK", dsb. Dan perintah tersebut misal diperintah oleh ayahnya, harus sampai SELESAI. Jangan sampai anak, dibiarkan saja karena dia tidak akan belajar memahami perintah itu sendiri. Demikian juga orang tua tidak boleh mengujarkan kalimat perintah diatas kalima perintah. Jadi anak harus menyelesaikan kalimat perintah pertama baru masuk ke kalimat perintah kedua..

Setelah Assesment, anak saya kemudian di terapi di SKC, pertemuannya 1 anak 1 terapis dan syaratnya orang tua hanya boleh menunggu di luar. Pertemuan pertama, anak saya hanya menangis-menangis-dan menangis. Dia tidak suka dan mungkin merasa tidak akrab dengan terapisnya. Dalam hati kami, sebenarnya ga tega sih bun..tapi ya harus dipaksa. Drama tangisan berlangsung sampai 4 kali pertemuan, bahkan si kaka begitu naik mobil terus melihat belok ke arah SKC (dia mulai memahami), dia sampai ga mau turun dari mobil! 😅

Alhamdulillah setelah itu anak saya ga nangis lagi, trauma kesana mungkin masih ada tapi dengan bujukan-bujukan alhamdulillah dia mau, dan setelah 6 kali pertemuan dia sudah MAU DIPANGGIL NAMANYA. Ya Allah, seneng bangett!. Dan setelah bisa dipanggil namanya, si kaka mulai belajar untuk tidak takut bertemu dengan gurunya dan menyerap pelajaran menjadi lebih mudah. Apalagi di terapi behaviour atau tingkah laku si kaka sudah mau duduk manis menerima pelajaran dari terapisnya. Terapis yang paling kami ingat yaitu Bu Ayu dan Bu Ika. Bu Ayu dulu berpesan kalau anak ini mau gampang diarahin sebisa mungkin jangan dikasih susu coklat ya bu...Oke bu, nanti kami akan usahakan (sebenarnya waktu itu karena ribet bawa botol susu ke tempat terapi jadi kami sediain susu UHT 🙈).

Tiga bulan setelah terapi di Satria Kids Centre, saya pun memeriksakan kondisi anak saya ke dokter Spesialis anak di Rumah Sakit Permata Bekasi. Anak kami pun diuji dengan beberapa test kemampuan dasar oleh sang dokter. Oh iya sebelumnya saya membawa rujukan BPJS dari klinik terdekat. Memang saat itu banyak pertanyaan yang belum bisa dilakukan oleh anak kami, tetapi si kaka mulai bisa menyebutkan nama-nama binatang (nama pertama yang dia sebutkan adalah nama-nama binatang). Dan saat pemeriksaan itu, anak kami sudah mau menoleh saat namanya dipanggil..Dokter pun mendiagnosa kembali, dan hasilnya..................(bersambung)


Read More

Saturday, June 06, 2020

MY SPECIAL KID (DIAGNOSA 1: ASD)

Kira-kira hampir setahun yang lalu. Juni 2019, anak lelakiku di diagnosa Autism Spectrum Disorder (ASD). Langitku serasa runtuh….aku tak tahu harus berbuat apa….

Tanda-tanda itu aku rasakan semenjak anakku berusia 2 tahun tidak ada penambahan kosakata yang berarti. Bahkan menyebut aku sebagai mamanya (sebelumnya padahal pengen dipanggil  bunda tapi karena sepertinya susah ya udah mama, hehe) pun dia tidak bisa. Bila menginginkan sesuatu dia jangankan berbicara, menunjuk pun tidak. Ia hanya menangis, menangis dan menangis sampai aku sedih dan bingung anakku menginginkan apa. Jadi aku hanya berpatokan pada jam biologisnya. Jam sekian minum susu, jam sekian makan, kalau pup pun membersihkannya ketika tercium aroma kurang sedap. Aku ingat Umar bisa menyebutkan beberapa kata, misalnya kuda (dia suka banget sama kuda), sapi, kambing, ayam. Tapi itupun dia sebutkan hanya dengan keinginannya saja, misalnya kita tanya lagi ini apa? Dia hanya terdiam atau berkata “bibibib, klek klek klek, tuktuktuk …..

Umar memiliki adik saat berumur 22 bulan. Fokusku terpecah menjadi dua, dan waktu rasanya berlalu begitu cepat sehingga tak terasa Umar sudah hampir 3 tahun. Aku ingat perkembangan Maira saat itu sangat cepat bila dibandingkan kakaknya waktu seusianya…Maira 1,5 bulan sudah bisa telungkup sendiri tanpa harus distimulasi, umur 4 bulan sudah bisa merayap, umur 6 bulan sudah bisa diajari duduk, umur 7 bulan sudah bisa merangkak kemana-mana, dan diusianya 11 bulan sudah bisa jalan. Dahulu, kakaknya umur 17 bulan baru bisa berjalan. Bukan bermaksud membandingkan, hanya saja ini penting untuk melihat tumbuh kembang kedua anakku. Alhamdulillah karena Maira cukup mandiri dalam perkembangannya, aku mulai menyadari ada beberapa kejanggalan pada anak pertamaku dan berjanji untuk lebih fokus ke dia….

Awalnya aku berfikir bahwa anakku hanya terlambat bicara saja. Akhirnya karena aku sering gelisah, aku mengajak suamiku untuk memeriksakan anak kami ke dokter anak sekitar bulan oktober 2018 lalu saat itu usianya sekitar 2 tahun 5 bulan. Dengan beberapa test, seperti kontak mata, dipanggil namanya dan menjawab beberapa kartu bergambar. Setelah menjalani test tersebut, anakku didiagnosa Speech Delayed, dokter menyarankan agar anakku sering-sering diajakin ngobrol. Sebenarnya untuk ngobrol atau semacamnya sudah berusaha kami lakukan. Tapi yang kami agak kesusahan adalah kontak mata dan dipanggil namanya. Anakku sering tidak menjawab bila namanya dipanggil, dan ketika mainan seringnya bermain sendiri, dan dia suka menjejerkan mainannya sampai panjaaaaang sekali….

Setelah mendapat diagnosa Speech Delay, awalnya aku tidak terlalu panik dan langsung browsing internet tentang penyebab Speech Delay. Beberapa disebutkan bahwa anak laki-laki memang sedikit lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Aku sedikit tenang, mungkin memang benar tapi tanpa aku sadari ini menjadi positif toxic buat aku….

Januari 2019, waktu itu usia Umar sekitar 2 tahun 7 bulan, 5 bulan lagi usianya 3 tahun. Tapi penambahan kosakatanya teramat sedikit, mungkin hanya 10-15 kosakata yang dia bisa. Mengajaknya ngobrol? Sudah sangat sering, bahkan hampir sampai sedikit emosi karena dia tidak menghiraukan atau menggubrisnya karena namanya dipanggil juga susah. Akhirnya, saat itu aku berusaha menyingkirkan anggapan bahwa anak laki-laki terlambat bicara, mungkin memang benar but It’s not a solution, menunggu tanpa berusaha itu sama saja dengan N I H I L. Dengan semua tanda-tanda kejanggalan yang aku rasakan sudah cukup, aku tak mau lagi menunggu anakku berbicara tanpa usaha atau effortku yang kuat.



Akhirnya waktu itu aku memutuskan untuk menyekolahkan Umar, memang aku tahu belum saatnya dia disekolahkan, tapi aku berfikir apa karena anakku hanya di rumah saja jadi dia kurang pergaulan sehingga kosakatanya tidak bertambah..PAUD itu dekat sekali dengan rumahku, tapi kesana tetap naik bentor…Setelah mendaftarkan anakku, dengan NOTABENE “anak saya belum bisa bicara bu, mohon perhatian lebih buat dia”. Setalah membayar biaya masuk yang terbilang cukup murah yaitu hanya 50 ribu, anakku dengan mantap aku sekolahkan disitu…Tanpa seragam, karena aku bilang ke gurunya masih uji coba dulu…”Iya ga papa bunda..”

Hari pertama anakku sekolah, alhamdulillah dia tidak nangis ataupun berteriak teriak. Aku bersyukur, tapi beberapa keganjilan yang memang aku bisa tebak sebelumnya adalah anakku tidak membaur dengan teman-temannya. Saat pelajaran dimulai dan anak-anak duduk rapi di depan gurunya, Umar menjauh dan berlari-lari kecil sambil mencari sesuatu…Akhirnya dia mendapatkan yang diinginkannya yaitu GAJAH. Ya, di dalam ruangan itu ada gajah yang terbuat dari kayu, dia mengambilnya dan tertawa-tawa.

Awalnya aku tenang, toh ini hari pertama dia masuk sekolah. Tapi beberapa jam kemudian, aku merasa sedikit malu karena ketika anakku didekati anak lain dia marah menjerit-jerit tidak mau diganggu, tidak ingin mainannya diambil. Aku pun menenangkannya, dan akhirnya kami pulang…Sudah hampir seminggu anakku sekolah tapi masih saja dengan kondisi yang sama, tidak mau membaur dan asyik dengan mainan-mainan binatang di PAUD itu. Ketika break, alhamdulillah anakku lumayan senang dengan permainan seperti kursi putar mungkin itu hiburannya karena di tempat kami jauh dari playground bermain anak. Aku senang, alhamdulillah dia cukup terhibur walaupun untuk naik perosotan dia sangat takut sampai menjerit-jerit.

Tepat di hari kesepuluh sepertinya gurunya sudah mulai terbiasa dengan keadaan “aneh” anakku, ketika anakku asyik dengan mainannya sang guru itu berkata “Kasih biar saja, dia memang begitu jangan diganggu”. Jleb, seketika hatiku runtuh mendengar ucapan sang guru, ya walaupun memang aku tahu mungkin anakku cuma menjadi anak bawang yang tak dianggap. Ingin rasanya aku berharap lebih supaya sang guru mengajari anakku sedikit sedikit dengan sabar, tapi sepertinya memang tidak bisa diharapkan. Dan aku sadar itu bukan tupoksinya….

Setelah dua minggu bersekolah disana, aku memutuskan untuk menstopkan dulu Umar bersekolah disana. Alasan pertama karena dia jadi sering sakit, ga mau makan dan berat badannya turun. Umar beratnya memang selalu di garis kuning, karenanya selain berusaha supaya dia bisa bicara, akupun harus memperhatikan berat badan yang sering turun, jarang naik. Alasan kedua adalah karena anakku sepertinya kurang cocok sekolah disana mungkin hanya akan mengganggu konsentrasi anak-anak lain yang sedang belajar (karena keanehannya)...Hmm..

Sebulan kemudian, akupun memutuskan untuk berkunjung ke dokter anak lagi. Dokter anak disini cuma satu-satunya se kabupaten. Setelah observasi beberapa saat, akhirnya dokter membuatkan kami surat keterangan dari rumah sakit bahwa anak kami mengalami Speech Delayed dan membutuhkan terapi yang memang disana tidak ada. Klinik tumbuh kembang tidak ada disini…saat itu aku baru sadar bahwa yang dibutuhkan anakku adalah TERAPI yang kami sebagai orang tua sangat awam kenapa, apa, dan bagaimana TERAPI itu sendiri. Kata dokter biasanya klinik atau Rumah sakit yang tersedia bagian tumbuh kembangnya menyediakan fasilitas tersebut. “Anak ibu sebaiknya segera di bawa ke bagian tumbuh kembang, disini tidak tersedia fasilitasnya. Karena kasihan jika hanya dibiarkan seperti itu karena nantinya akan terlambat ke semua aspeknya, kasihan..”. Aku benar-benar kepikiran ucapan dokter, aku sedih dan ga tahu harus bagaimana..”

Saat itulah kami kepikiran untuk pindah…kalau dari sisi kami, terus terang kami nyaman disini, dengan semuanya. Dengan alamnya, dengan sahabat-sahabat kami, dengan ikannya, dengan keramah tamahan penduduknya, dengan budayanya dan masih banyak lagi. Hanya saja, buah hati kami tidak bisa menunggu sampai dia besar disini, ini sama saja dengan mengucilkannya sebab ia tidak bisa berkomunikasi. Aku takut memikirkan masa depannya, Ya Allah berikanlah kami jalan….

Di sela-sela kesibukan kami, kami menyempatkan untuk mengajak Umar jalan-jalan ke alun-alun. Di sana ada taman yang luas dengan rerumputan dan lapangan basket di tengah-tengahnya. Disini kami merasakan keganjilan kedua, anak kami hanya berjalan lurus ke depan tanpa menyadari sekitarnya bahkan tanpa menyadari kehadiran kami disana. Dia terus berjalan sambil berlari, ketika kami panggil dia benar-benar tidak menoleh. Ya Allah, kenapa anak kami? Nanti kalau misal ada kendaraan atau binatang gimana? Orang-orang dia alun-alun itu beberapa ada yang menengok kami, mungkin karena kami tengah sibuk mengejar-ngejar anak kami sambil memanggil-manggil namanya…

Pun, ketika aku mengajak Umar berkeliling kompleks Perum Piloliyanga, Umar hanya berjalan lurus saja, aku mulai terbiasa untuk berlari-lari mengejarnya sambil memanggil namanya. Berusaha untuk tidak peduli dengan anggapan orang-orang kepada kami. Tapi menurutku dengan mengajaknya sering berjalan-jalan berarti membiasakannya untuk mengenal dunia sekitar. Keganjilan ketiga yang kami rasakan adalah anakku sering mengalami ketakutan yang berlebihan. Di samping Perum kami ada sekolah TK nah disitu selain ada permainan kursi putar, perosotan, ada juga gelantungan. Setiap sore aku mengajaknya kesana, karena aku belum pernah menggelantungkannya di gelantungan besi. Aku mengajarinya bergelantungan, dan setelah itu dia menangis histeris. Dia amat ketakutan. Ini akhirnya berefek pada dia yang tidak mau lagi ke arah TK. Umar akan menjerit dan menangis histeris, Ya Allah….

Juni 2019, Umar sudah berumur 3 tahun. Dan…dia masih seperti itu, belum menunjukkan  saat kami cuti tahunan untuk lebaran di tempat suami (Bekasi, Jawa Barat). Kami pun memutuskan untuk membawa anak kami ke rumah sakit yang ada klinik tumbuh kembangnya. Saat mendaftar, kami diarahkan untuk ke dokter anak dan ke dokter psikolog. Alhamdulillah dua-duanya ada saat itu, tapi kami menunggu lumayan lama. Setelah giliran kami, kami pun menjelaskan tentang keluhan dan yang terjadi pada anak kami. Anak kami pun di observasi dengan melakukan beberapa test. Aku melihat beberapa kali dokter mencentang tidak. Setelah banyak pertanyaan dan test yang dilakukan akhirnya kedua dokter menyarankan kami agar anak kami diterapi di klinik tumbuh kembang. Dan terapinya adalah terapi sensori integrasi (SI) sambil menulis di surat keterangan dokter. Kami pun bertanya anak kami kenapa, dokter berkata bahwa anak kami mengalami gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD) dengan PDD NOS. Deg, Jederr rasanya seperti hatiku hancur berkeping-keping. Aku tak menyangka bahwa anakku ASD…….

Aku seperti ga terima rasanya kalau anakku autis seperti ada rasa denial saat itu. Aku ingin rasanya menepis bahwa anakku tidak autis. Langsung saja aku searching tanda-tanda autis dan memang hampir 90 persen mirip dengan yang di internet. Tanda-tandanya adalah:

1.       Susah melakukan kontak mata, selalu menghindari bertatapan dengan orang lain. Padahal itu bentuk interaksi sosial pertamanya.

  1. Tidak menoleh saat dipanggil namanya
  2. Melakukan aktivitas berulang
  3. Tantrum ketika diganggu
  4. Suka menjejerkan mainan tanpa tahu makanya
  5. Kalaupun bisa berbicara apa yang diucapkannya tidak bermakna
  6. Suka bermain sendiri
  7. Susah melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya
  8. Tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya
  9. Salah satunya ditandai dengan keterlambatan bicara anak (speech delayed)
  10. Jika ditanya akan kesulitan untuk menjawabnya

Aku beryukur di saat fase-fase denialku aku dipertemukan dengan sebuah vlog salah satu artis yang anaknya juga menderita ASD. Banyak pengetahuan dan informasi yang aku peroleh. Ternyata memang ada fase dimana orang tua tidak akan bisa menerima kalau anaknya disebut autis. Dan mencari pembenaran ke dokter lain bahwa anaknya hanya speech delayed atau terlambat bicara. Setelah mereka konsultasi akhirnya ada di suatu titik bahwa APAPUN KONDISI/DIAGNOSA DOKTER  tidak akan merubah kondisi anak tersebut tanpa ikhtiar. Dan ikhtiar untuk anak yang mengalami gangguan tersebut adalah dengan TERAPI.

Ya Allah, seperti diberikan petunjuk oleh Allah, akupun menyingkirkan kesedihanku. Anakku ISTIMEWA, ANAKKU SPESIAL, Allah pasti menitipkan anak ini karena kami sanggup….Aku mulai mencari tempat terapi untuk anakku yang tentunya sesuai dengan budget dan waktu kami selama kami cuti disini….

Lanjut Pendaftaran ke Satria Kids:  

https://moniceoktavina.blogspot.com/2019/06/pendaftaran-ke-satria-kids-speech-delay.html)


Read More

Friday, June 14, 2019

Pendaftaran ke Satria Kids Center

Hal pertama yang saya lakukan ketika anak kami didiagnosa ASD adalah mencari klinik tumbuh kembang alternatif selain di RS Hermina karena paket terapi di rumah sakit harus diambil selama sebulan, dan cuti kami waktu itu sekitar 2 minggu/14 hari..ada beberapa klinik tumbuh kembang di Bekasi:
1. Lalita Kids
2. KIDS ABA
3. Satria Kids

Dari survei saya melalui om google, sy baru tanya ke 2 tempat yaitu KIDS ABA dan SATRIA KIDS itupun via telpon..Yang pertama adalah KIDS ABA yang lumayan terkenal karena khusus untuk anak penderita Autism..malah sebelum via  telpon kami sempat ke lokasinya pasca lebaran (karena di Google dibilangnya Open). Tapi ternyata closed..Nah, akhirnya seminggu kemudian sy coba via telpon, dan sy sempat terbengong bengong dan shock plus gemeteran sm tarifnya..mungkin untuk kalangan menengah kurang pas, tp tergantung sm kondisi keuangan masing-masing juga sih..Jadi tarifnya (kalau ga salah dengar) sebulan 8 juta (untuk terapi selama sebulan), home based terapist (18,5juta/bulan dan disarankan 3 terapist selama sebulan), konsultasi dokter 7,5juta/bulan...

Yang kedua adalah SATRIA KIDS, nah yang ini masih sesuai budget sih..jadi biaya pendaftaran+assesment 340rb, kemudian biaya terapi per pertemuan 90-120ribu..Lumayan banget ya..Dan yang paling penting bisa ambil kunjungan ga musti bulanan..walaupun setiap progresnya nanti di evaluasi setelah tiga bulan terapi..

Untuk terapinya sendiri, disarankan terapi Sensori Integritas dan Behaviour Terapi). Karena umar memang harus "patuh" dulu baru kemudian terapi wicara. Itupun setelah proses 6 bulan terapi baru bisa ke terapi wicara.


Alhamdulillah akhirnya kami memilih Satria Kids karena bisa per kunjungan mengingat kami minggu depan harus ke Gorontalo, walaupun amat sangat terbatas kunjungannya tetapi setidaknya adalah minimal anak kami bisa merasakan terapi barang sebentar (tapi sangat disarankan rutin per bulan)...

Tadi sekitar jam stgah 11 kami berangkat dari rumah dengan grab kemudian sampai disana jam stgah 12, daftar terus mengisi formulir dan setengah jam kemudian sesi pertama konsultasi dan assesment..

Pak Handoko AW (konselor Satria Kids) menyarankan supaya Umar bisa rutin terapi. Kami memiliki keterbatasan jarak yang jauh yaitu masih dinas di Gorontalo. Dan Umar memang tidak bisa ditinggal disini, anaknya suka tantrum bahkan kuat nangis berjam2..Jadi memang kami sangat mengharapkan proses untuk ke depannya kami bisa dekat dengan keluarga kami disini. Dan mempercepat proses kesembuhan Umar...
Read More

Monday, May 20, 2019

Anakku Speech Delay

Ini pengalamanku...
Sy mau sedikit berbagi cerita..
Dahulu, sebelum memiliki anak aku amat sangat menginginkan kehadiran sang buah hati yang nantinya akan menemani hari-hari kami...

Alhamdulillah di tahun ke 3 pernikahan kami, kami dikaruniai calon buah hati yang sangat kami tunggu-tunggu. Dan pada tahun 2016 anak itu lahir dengan operasi SC setelah induksi 24 jam yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kelahiran. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, anak kami lahir dengan fisik yang sempurna tanpa kekurangan suatu apapun...Kami sangat menyayangi buah hati kami, ya walaupun keadaan dimana saya bekerja yang tidak bisa 100% menemaninya..

Di tahun 2017, ternyata Allah memberkahi kami lagi dengan hamil kedua saya...kala itu terus terang saya masih sangat belum siap. Bukan tidak menginginkan anugerah ini, tetapi saya masih sangat menyayangi Umar dan belum siap untuk membagi cinta saya. Tapi bulan demi bulan berlalu...alhamdulillah saya mulai bisa menerima kehamilan itu dan berharap nanti yang lahir adalah seorang bayi perempuan mungil yang cantik...Humaira

Alhamdulillah wa syukurillah "maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan"...Allah memberikan cahaya sesuai dengan cita-cita saya memiliki seorang bayi mungil perempuan yang menurut saya sangat cantik (ya karena anak sendiri hehe).. tetapi setelah itu dimulailah kehidupan baru kami dengan perubahan yang cukup signifikan bagi saya..

Saya menyadari bahwa perhatian saya tidak lagi sepenuhnya tertuju pada anak pertama saya, Umar. Tetapi saat itu masih ada ibu saya yang setia menemani sampai Maira berusia 1,5 bulan. Cuti melahirkan yang hanya 3 bulan (sampai benar-benar pulih setelah SC yang kedua), ditambah ibu saya yang tidak bisa lama disini karena harus menjaga kantin, membuat saya merasa feeling down. Ibu yang biasanya menyiapkan makanan kesukaan Umar, dan saya tinggal menyuapinya. Ya, disini memang agak susah jika harus membeli makanan jadi yang disukai anak-anak. Apalah saya memang tidak jago memasak dan merasa susah untuk multitasking karena anak sy yang kedua juga masih ASI....Dan jadilah Umar makan seadanya...terkadang kalau sempat masak saya masakkan daging ayam tetapi kalau tidak sempat hanya makan dengan telur..

Ada 2 hal yg saya merasa menjadi beban pikiran saya selama ini. Yg pertama adalah berat badan Umar yang naik turun tak tentu. Umar memang susah sekali makannya, dia ga terlalu bisa makan makanan yang baru, bahkan sering makanan hanya dilepeh, tidak suka buah dan sayuran. Sangat sering saya mengelus dada apabila Umar tidak mau makan .. Yang kedua adalah hingga usianya yang hampir 3 tahun, Umar belum lancar ngomong dan cenderung menggunakan bahasa planet "klek klek klek..dia lebih suka menggunakan kalimat itu". Kalaupun mau apa2 dia belum bisa mengucapkannya hanya rengekan yang kami dengar...

Belum lagi, saya sangat retrict dengan pengasuhnya Umar dengan segala permakluman yang saya berikan. Mulai dari gaji yang terus naik, dan apapun keinginannya kami turuti. Kami hanya bisa sabar toh kami tidak bisa berbuat apa2 selain sabar, kami jauh dari orang tua, dan Umar tidak bisa dan tidak mau dengan pengasuh yang lain..Selalu terlintas dalam benak saya untuk menjadi ibu rumah tangga saja, tetapi keadaan membuat itu tidak bisa terlaksana..

Kembali ke persoalan speech delay, ga pernah terbesit dalam benak saya Umar akan mengalami keterlambatan bicara. Beberapa kata sudah pernah dia ucapkan dan mengarah ke benda yang benar. Hanya saja, beberapa bulan ke depan tak kunjung ada penambahan kosakata. Bahkan yang sebelumnya bisa mengucapkan ayah, mama sekarang tidak terdengar lagi..Hanya tangisan tangisan dan tangisan..dan amat sering kami hanya menduga-duga apa yang diinginkannya.

Dalam hati ini sering menangis, apalagi jika harus bekerja. Sy sangat takut, terus menerus dalam doa saya saya panjatkan supaya Allah memberikan Umar kelancaran berbicara dan berkomunikasi..Saya tidak tinggal diam, saya searching2 ternyata Umar ini membutuhkan penanganan khusus, bukan hanya sekedar rangsangan rumah tetapi butuh terapi yang kami tidak tahu caranya...tetapi sayang fasilitas disini (di Boalemo) tidak ada. Kami berusaha untuk datang ke dokter anak, tetapi kami hanya bisa mengelus dada karena ngantrinya sampai 3 jam dan ditanganinya hanya 5 menit..itupun bukan terapi melainkan "bu banyak2 diajak bicara anaknya ini dia speech delay, sering dikasih rangsangan, ini saya berikan resep multivitamin saja'. Jederr..sy bingung sekali, apa yang harus saya lakukan?

Terus terang Umar sudah sangat sering kami ajak ngomong, tetapi Umar punya keunikannya sendiri. Dia tidak membalas apa yang kami ucapkan, dia sibuk dengan dunianya sendiri (saya pun takut kalau sampai mengarah ke ASD)..Bahkan kemarin, umar sempat nangis kejer yang kami tidak tahu apa penyebabnya..suami saya bilang makanya jangan sering pasang foto anak di sosmed, mungkin ada yg iri/dengki kan kita ga tahu..Well, sy ga pernah lagi memposting foto2 anak saya sekalinya posting mukanya sy tutup pake emot2 atau dengan hastag #maasyaa Allah Tabarakallah itu semua saya lakukan untuk menghindarkan anak2 saya dari penyakit 'Ain yang tidak tahu datangnya dari siapa..

Kami tidak ingin egois lagi, kami hanya ingin yang terbaik untuk anak kami..Kami tahu kami salah, mungkin selama ini pengasuhan kami salah pada anak kami. Tapi kami tidak ingin kesalahaan tersebut berlanjut tanpa berbuat apa-apa. Kami harus berusaha yang terbaik untuknya dengan jalan yang kami pilih. Ya Allah berikanlah kami petunjuk untuk Umar, kami hanya ingin Umar bisa tumbuh seperti anak-anak normal lainnya...

Memiliki anak dengan special needs menurut saya bukanlah sebuah aib tetapi justru anugerah. Yang saya share ini semoga bisa bermanfaat bagi ibu-ibu yang anaknya mengalami speech delay, ataupun berkebutuhan khusus, yakinlah pasti suatu saat nanti anak-anak kita juga bisa seperti anak-anak normal pada umumnya, semangat!

#speechdelay #terapi

Read More

Wednesday, April 26, 2017

Malaikat kecilku

Ga terasa, sudah 10 bulan si kecil mewarnai hari-hariku...semua perasaan campur aduk, yang jelas i'm so happy to be a mom! Aku ga bisa mendeskripsikan perasaan ini..tapi aku sangat bisa merasakannya. Sebuah anugerah terindah yang Allah titipkan untukku rawat baik-baik dengan penuh cinta. Ada perasaan cinta, perasaan sayang, bahagia, cemas, harap, rindu, gemes, haru, terkadang juga sedih tatkala umarku sakit. Akan tetapi, melihat setiap hari tumbuh kembangnya amat sangat membuatku bahagia.

Walaupun sesekali rasa emosi batin saat tidak bisa mendampinginya di siang hari karena rutinitas kantor. Ataupun saat harus meninggalkan rumah untuk menjalankan tugas di kota..itu adalah ujian yang harus aku hadapi dengan penuh kesabaran. Namun, semua perasaan missing atau rindu terhapus seketika saat melihat senyum merekah di bibirnya. Ataupun sikap manja umarku yang minta gendong sambil mengucapkan berulang kali 'mama'..Love love love..

Saat malam tiba, umarku begitu lelap tertidur di sampingku. Aku berkali kali mencium pipi dan keningnya tanpa bosan. Sesekali terkenang saat dahulu hamil, ' Masya Allah, bayi ini yang dahulu tinggal di rahimku dengan tendangan-tendangan kecilnya'. Tanpa pernah sedikitpun tahu seperti apa rupa bayiku nanti. Selalu dan selalu aku baca surat At Tin. 'Laqod Kholaqnalinsaana fii ahsani taqwiim' yang artinya ' Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya'.....Matanya, pipinya, hidungnya, telinganya, kedua tangan dan kakinya dan seluruh tubuhnya alhamdulillah Allah berikan lengkap tanpa kurang suatu apapun bahkan dengan rupa yang rupawan. Sungguh ini adalah karunia dari Tuhan pemilik alam semesta ini.

Alhamdulillah Ya Allah..Engkau telah memberikan hamba kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Semuanya begitu indah dan semoga menjadi ladang amal buat hamba..Insya Allah hamba akan berusaha sekuat mungkin untuk menjadikan titipan Mu tumbuh menjadi pemuda sholeh dan pemimpin yang adil...aamiin

Love love
Bunda Umar


Read More

Thursday, February 09, 2017

Umar 5-6 Month's Old (Umar Photograph)



Dengan bermodalkan Camera HP Samsung Galaxy Note 4 dan bulu-bulu putih saya mencoba untuk memotret Umar. Ga gampang loh..karena Umar sebenarnya ga diem-diem, jadi beberapa foto agak ngeblur.. Setelah itu diedit di Photoshop jadilah jeng jeng...foto Umar Widianto versi kekinian hehe.. 











Di usia 5,5 bulan, Umar sudah tumbuh gigi. Dua gigi bawahnya tumbuh.....sakit banget kalo digigit. Hehe
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Pengunjung Blog

Labels

A EKMET (1) A MACRO (1) A MATEK (1) A MENULIS (1) A MICRO (1) ENGLISH (13) ISLAMI (9) KISAH (24) KUE (2) KULINER (3) LEARNING (23) MONICLENS (8) MY CREATION (12) MY LOVELY FAMILY (17) Menjahit (6) NGAJI (1) NOSTALGIA (14) PUISI (7) RESENSI FILM (6) STORY (39) TAJWID (1) TESTIMONI (2) TIPS dan TRICK (16) TRAVELLING (40) TSAQOFAH (1) Umar (17)

Alih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Monica Oktavina. Powered by Blogger.

Blog Archive

Flag Counter

Flag Counter

About Blogger

Hello guys, I am a mother of two kids, hopefully this blog useful for you, do not forget to follow this blog to get more information ^_^ (Instagram: moniceoktavina12. Youtube: Monica Oktavina) Contact Us: moniceoktavina@gmail.com

PRIVACY POLICY

Copyright © Monice and Family | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com