Ini pengalamanku...
Sy mau sedikit berbagi cerita..
Dahulu, sebelum memiliki anak aku amat sangat menginginkan kehadiran sang buah hati yang nantinya akan menemani hari-hari kami...
Alhamdulillah di tahun ke 3 pernikahan kami, kami dikaruniai calon buah hati yang sangat kami tunggu-tunggu. Dan pada tahun 2016 anak itu lahir dengan operasi SC setelah induksi 24 jam yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kelahiran. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, anak kami lahir dengan fisik yang sempurna tanpa kekurangan suatu apapun...Kami sangat menyayangi buah hati kami, ya walaupun keadaan dimana saya bekerja yang tidak bisa 100% menemaninya..
Di tahun 2017, ternyata Allah memberkahi kami lagi dengan hamil kedua saya...kala itu terus terang saya masih sangat belum siap. Bukan tidak menginginkan anugerah ini, tetapi saya masih sangat menyayangi Umar dan belum siap untuk membagi cinta saya. Tapi bulan demi bulan berlalu...alhamdulillah saya mulai bisa menerima kehamilan itu dan berharap nanti yang lahir adalah seorang bayi perempuan mungil yang cantik...Humaira
Alhamdulillah wa syukurillah "maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan"...Allah memberikan cahaya sesuai dengan cita-cita saya memiliki seorang bayi mungil perempuan yang menurut saya sangat cantik (ya karena anak sendiri hehe).. tetapi setelah itu dimulailah kehidupan baru kami dengan perubahan yang cukup signifikan bagi saya..
Saya menyadari bahwa perhatian saya tidak lagi sepenuhnya tertuju pada anak pertama saya, Umar. Tetapi saat itu masih ada ibu saya yang setia menemani sampai Maira berusia 1,5 bulan. Cuti melahirkan yang hanya 3 bulan (sampai benar-benar pulih setelah SC yang kedua), ditambah ibu saya yang tidak bisa lama disini karena harus menjaga kantin, membuat saya merasa feeling down. Ibu yang biasanya menyiapkan makanan kesukaan Umar, dan saya tinggal menyuapinya. Ya, disini memang agak susah jika harus membeli makanan jadi yang disukai anak-anak. Apalah saya memang tidak jago memasak dan merasa susah untuk multitasking karena anak sy yang kedua juga masih ASI....Dan jadilah Umar makan seadanya...terkadang kalau sempat masak saya masakkan daging ayam tetapi kalau tidak sempat hanya makan dengan telur..
Ada 2 hal yg saya merasa menjadi beban pikiran saya selama ini. Yg pertama adalah berat badan Umar yang naik turun tak tentu. Umar memang susah sekali makannya, dia ga terlalu bisa makan makanan yang baru, bahkan sering makanan hanya dilepeh, tidak suka buah dan sayuran. Sangat sering saya mengelus dada apabila Umar tidak mau makan .. Yang kedua adalah hingga usianya yang hampir 3 tahun, Umar belum lancar ngomong dan cenderung menggunakan bahasa planet "klek klek klek..dia lebih suka menggunakan kalimat itu". Kalaupun mau apa2 dia belum bisa mengucapkannya hanya rengekan yang kami dengar...
Belum lagi, saya sangat retrict dengan pengasuhnya Umar dengan segala permakluman yang saya berikan. Mulai dari gaji yang terus naik, dan apapun keinginannya kami turuti. Kami hanya bisa sabar toh kami tidak bisa berbuat apa2 selain sabar, kami jauh dari orang tua, dan Umar tidak bisa dan tidak mau dengan pengasuh yang lain..Selalu terlintas dalam benak saya untuk menjadi ibu rumah tangga saja, tetapi keadaan membuat itu tidak bisa terlaksana..
Kembali ke persoalan speech delay, ga pernah terbesit dalam benak saya Umar akan mengalami keterlambatan bicara. Beberapa kata sudah pernah dia ucapkan dan mengarah ke benda yang benar. Hanya saja, beberapa bulan ke depan tak kunjung ada penambahan kosakata. Bahkan yang sebelumnya bisa mengucapkan ayah, mama sekarang tidak terdengar lagi..Hanya tangisan tangisan dan tangisan..dan amat sering kami hanya menduga-duga apa yang diinginkannya.
Dalam hati ini sering menangis, apalagi jika harus bekerja. Sy sangat takut, terus menerus dalam doa saya saya panjatkan supaya Allah memberikan Umar kelancaran berbicara dan berkomunikasi..Saya tidak tinggal diam, saya searching2 ternyata Umar ini membutuhkan penanganan khusus, bukan hanya sekedar rangsangan rumah tetapi butuh terapi yang kami tidak tahu caranya...tetapi sayang fasilitas disini (di Boalemo) tidak ada. Kami berusaha untuk datang ke dokter anak, tetapi kami hanya bisa mengelus dada karena ngantrinya sampai 3 jam dan ditanganinya hanya 5 menit..itupun bukan terapi melainkan "bu banyak2 diajak bicara anaknya ini dia speech delay, sering dikasih rangsangan, ini saya berikan resep multivitamin saja'. Jederr..sy bingung sekali, apa yang harus saya lakukan?
Terus terang Umar sudah sangat sering kami ajak ngomong, tetapi Umar punya keunikannya sendiri. Dia tidak membalas apa yang kami ucapkan, dia sibuk dengan dunianya sendiri (saya pun takut kalau sampai mengarah ke ASD)..Bahkan kemarin, umar sempat nangis kejer yang kami tidak tahu apa penyebabnya..suami saya bilang makanya jangan sering pasang foto anak di sosmed, mungkin ada yg iri/dengki kan kita ga tahu..Well, sy ga pernah lagi memposting foto2 anak saya sekalinya posting mukanya sy tutup pake emot2 atau dengan hastag #maasyaa Allah Tabarakallah itu semua saya lakukan untuk menghindarkan anak2 saya dari penyakit 'Ain yang tidak tahu datangnya dari siapa..
Kami tidak ingin egois lagi, kami hanya ingin yang terbaik untuk anak kami..Kami tahu kami salah, mungkin selama ini pengasuhan kami salah pada anak kami. Tapi kami tidak ingin kesalahaan tersebut berlanjut tanpa berbuat apa-apa. Kami harus berusaha yang terbaik untuknya dengan jalan yang kami pilih. Ya Allah berikanlah kami petunjuk untuk Umar, kami hanya ingin Umar bisa tumbuh seperti anak-anak normal lainnya...
Memiliki anak dengan special needs menurut saya bukanlah sebuah aib tetapi justru anugerah. Yang saya share ini semoga bisa bermanfaat bagi ibu-ibu yang anaknya mengalami speech delay, ataupun berkebutuhan khusus, yakinlah pasti suatu saat nanti anak-anak kita juga bisa seperti anak-anak normal pada umumnya, semangat!
#speechdelay #terapi
Alhamdulillah wa syukurillah "maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan"...Allah memberikan cahaya sesuai dengan cita-cita saya memiliki seorang bayi mungil perempuan yang menurut saya sangat cantik (ya karena anak sendiri hehe).. tetapi setelah itu dimulailah kehidupan baru kami dengan perubahan yang cukup signifikan bagi saya..
Saya menyadari bahwa perhatian saya tidak lagi sepenuhnya tertuju pada anak pertama saya, Umar. Tetapi saat itu masih ada ibu saya yang setia menemani sampai Maira berusia 1,5 bulan. Cuti melahirkan yang hanya 3 bulan (sampai benar-benar pulih setelah SC yang kedua), ditambah ibu saya yang tidak bisa lama disini karena harus menjaga kantin, membuat saya merasa feeling down. Ibu yang biasanya menyiapkan makanan kesukaan Umar, dan saya tinggal menyuapinya. Ya, disini memang agak susah jika harus membeli makanan jadi yang disukai anak-anak. Apalah saya memang tidak jago memasak dan merasa susah untuk multitasking karena anak sy yang kedua juga masih ASI....Dan jadilah Umar makan seadanya...terkadang kalau sempat masak saya masakkan daging ayam tetapi kalau tidak sempat hanya makan dengan telur..
Ada 2 hal yg saya merasa menjadi beban pikiran saya selama ini. Yg pertama adalah berat badan Umar yang naik turun tak tentu. Umar memang susah sekali makannya, dia ga terlalu bisa makan makanan yang baru, bahkan sering makanan hanya dilepeh, tidak suka buah dan sayuran. Sangat sering saya mengelus dada apabila Umar tidak mau makan .. Yang kedua adalah hingga usianya yang hampir 3 tahun, Umar belum lancar ngomong dan cenderung menggunakan bahasa planet "klek klek klek..dia lebih suka menggunakan kalimat itu". Kalaupun mau apa2 dia belum bisa mengucapkannya hanya rengekan yang kami dengar...
Belum lagi, saya sangat retrict dengan pengasuhnya Umar dengan segala permakluman yang saya berikan. Mulai dari gaji yang terus naik, dan apapun keinginannya kami turuti. Kami hanya bisa sabar toh kami tidak bisa berbuat apa2 selain sabar, kami jauh dari orang tua, dan Umar tidak bisa dan tidak mau dengan pengasuh yang lain..Selalu terlintas dalam benak saya untuk menjadi ibu rumah tangga saja, tetapi keadaan membuat itu tidak bisa terlaksana..
Kembali ke persoalan speech delay, ga pernah terbesit dalam benak saya Umar akan mengalami keterlambatan bicara. Beberapa kata sudah pernah dia ucapkan dan mengarah ke benda yang benar. Hanya saja, beberapa bulan ke depan tak kunjung ada penambahan kosakata. Bahkan yang sebelumnya bisa mengucapkan ayah, mama sekarang tidak terdengar lagi..Hanya tangisan tangisan dan tangisan..dan amat sering kami hanya menduga-duga apa yang diinginkannya.
Dalam hati ini sering menangis, apalagi jika harus bekerja. Sy sangat takut, terus menerus dalam doa saya saya panjatkan supaya Allah memberikan Umar kelancaran berbicara dan berkomunikasi..Saya tidak tinggal diam, saya searching2 ternyata Umar ini membutuhkan penanganan khusus, bukan hanya sekedar rangsangan rumah tetapi butuh terapi yang kami tidak tahu caranya...tetapi sayang fasilitas disini (di Boalemo) tidak ada. Kami berusaha untuk datang ke dokter anak, tetapi kami hanya bisa mengelus dada karena ngantrinya sampai 3 jam dan ditanganinya hanya 5 menit..itupun bukan terapi melainkan "bu banyak2 diajak bicara anaknya ini dia speech delay, sering dikasih rangsangan, ini saya berikan resep multivitamin saja'. Jederr..sy bingung sekali, apa yang harus saya lakukan?
Terus terang Umar sudah sangat sering kami ajak ngomong, tetapi Umar punya keunikannya sendiri. Dia tidak membalas apa yang kami ucapkan, dia sibuk dengan dunianya sendiri (saya pun takut kalau sampai mengarah ke ASD)..Bahkan kemarin, umar sempat nangis kejer yang kami tidak tahu apa penyebabnya..suami saya bilang makanya jangan sering pasang foto anak di sosmed, mungkin ada yg iri/dengki kan kita ga tahu..Well, sy ga pernah lagi memposting foto2 anak saya sekalinya posting mukanya sy tutup pake emot2 atau dengan hastag #maasyaa Allah Tabarakallah itu semua saya lakukan untuk menghindarkan anak2 saya dari penyakit 'Ain yang tidak tahu datangnya dari siapa..
Kami tidak ingin egois lagi, kami hanya ingin yang terbaik untuk anak kami..Kami tahu kami salah, mungkin selama ini pengasuhan kami salah pada anak kami. Tapi kami tidak ingin kesalahaan tersebut berlanjut tanpa berbuat apa-apa. Kami harus berusaha yang terbaik untuknya dengan jalan yang kami pilih. Ya Allah berikanlah kami petunjuk untuk Umar, kami hanya ingin Umar bisa tumbuh seperti anak-anak normal lainnya...
Memiliki anak dengan special needs menurut saya bukanlah sebuah aib tetapi justru anugerah. Yang saya share ini semoga bisa bermanfaat bagi ibu-ibu yang anaknya mengalami speech delay, ataupun berkebutuhan khusus, yakinlah pasti suatu saat nanti anak-anak kita juga bisa seperti anak-anak normal pada umumnya, semangat!
#speechdelay #terapi
test
ReplyDelete