Assalamu'alaikum Wr Wb
Hai friends..
Seperti halnya apa yang saya targetkan di tahun ini yaitu mau fokus ke anak-anak saya. Sebenarnya memang sesibuk apapun saya sebisa mungkin memprioritaskan pendidikan anak-anak saya. Jadi gini..saya pernah bercerita bahwa 2 tahun yang lalu anak saya yang pertama mengalami keterlambatan bicara (speech delay) bahkan sempat didiagnosa ASD oleh dokter. Dan sewaktu anak saya didiagnosa ASD, itu membuat dunia seakan runtuh. Anak saya memang sedikit berbeda dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Perbedaan yang paling mencolok adalah anak saya belum bisa bicara di usianya yang sudah menginjak 3 tahun kala itu. Singkatnya, si kaka memang baru bisa 5 kosa kata dalam usia 3 tahun. Dan secara tumbuh kembang anak, itu bisa dibilang sangat terlambat karena umumnya anak 3 tahun sudah bisa seratusan lebih kosa kata dan tahu arti yang dimaksud. Pengalaman saya memiliki anak kedua yang usianya tahun ini 3 tahun (2021), itu sangat berbeda dengan kakanya 2 tahun yang lalu (2019). Adiknya sekarang sudah sangat lancar bicaranya, kosakatanya sudah sangat banyak karena dia gampang menirukan apa yang kami ucapkan, bahkan sudah bisa berkomunikasi 2 arah. Terkadang adiknya juga tiba-tiba nyeletuk yang bikin kami terheran-heran dengan kalimat yang dia ucapkan yang terkesan dewasa banget untuk anak seusianya.
Lanjut ke cerita anak pertama saya ya..
Melihat anak saya seperti itu dan diagnosa seperti itu membuat kami mengambil keputusan untuk pindah kerja. Karena di tempat kami dahulu memang tidak ada fasilitas tumbuh kembangnya. Dokter menyarankan anak saya untuk mengambil terapi tumbuh kembang. Saya bertanya kepada dokter "Kira-kira berapa kali terapi dok anak saya bisa bicara?" Dokter itu tersenyum "Terapi itu bukanlah dalam jangka waktu yang singkat, tidak bisa sekali, 2 kali, 3 kali, tetapi bisa bertahun-tahun tergantung tingkat keparahan dan penyerapan anak tersebut". Duh, saat itu rasanya kek ga bisa diungkapin dengan kata-kata. Terlebih lagi dengan diagnosa dokter dari rumah sakit terkenal yang membuat kami speechless. Bagaimana tidak, ada bayang-bayang ketakutan kami jika anak kami benar-benar autis. Karena dalam bayangan kami anak autis itu cenderung menyakiti diri sendiri dan benar-benar keluar dari dunia nyata ke dunianya sendiri. Anehnya dalam beberapa hari (ga sampai 1 minggu kayaknya) saya mulai menerimanya dan segera meghilangkan rasa denial saya...Saya menerima semua kekurangan anak saya, dan saya ikhlas. Saya accepted, saya harus ikhlas karena bagaimanapun juga, anak ini titipan Allah dan saya harus memberikan yang terbaik buat dia, apalagi mengingat saya dulu sangat merindukan kehadiran Sang Buah Hati.
Dengan kondisi si kaka yang benar-benar super cuek, dipanggil ga respon, kosakata sedikit, terus jika minta apa-apa selalu menangis tanpa memanggil nama saya, TIDAK MENUNJUK hal yang dia inginkan, kemudian dia sangat suka main sendiri (Hati-hati ya bun, kalau anak anda menunjukkan gejala-gejala tersebut. Harus segera dibawa ke spesialis anak). Dan ada moment dimana anak ini benar-benar ga kenal sama sekali dengan orang tuanya ketika di luar rumah. Anak saya hanya berlari tanpa arah, jika kami mengajaknya jalan-jalan. Dan tentunya saat saya memanggil namanya sama sekali dia tidak menoleh. Yups, terkadang terlintas rasa weird dilihatin banyak orang karena saya harus mengejar-ngejar anak saya yang sudah berlari jauh tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Sebenarnya lebih ke yang takut gitu kan dia kayak ga denger suara motor atau mobil (serem banget). Jadi, dari pengalaman tersebut dan berdasarkan hasil browsing saya, anak ini harus diet ketat. mungkin temen-temen pernah denger yang namanya diet GFCF (Gluten Free Casein Free). Jadi diet itu adalah mengindari protein gluten seperti yang terdapat pada tepung terigu (gandum), kemudian tidak boleh mengkonsumsi casein yang berasal dari susu sapi, ditambah tidak boleh mengkonsumsi gula.
Ini BUKANLAH HAL YANG MUDAH mengingat anak saya itu kurus dan pilih-pilih makanan. Beratnya di bawah garis kuning, dan ditambah dengan diet, mau jadi apa coba? Hehe, saya sempet berfikiran seperti itu. Tapi saya bersyukur karena anak saya masih bisa makan nasi dan telur, jadi ya udah susunya yang diganti pakai susu soya. Sebenarnya manfaat dari diet tersebut itu adalah untuk mengontrol perilaku si anak, karena anak dengan gluten dan casein berdasarkan penelitian lebih hiperaktif dan susah konsentrasi sehingga susah diberitahu. Jadi, suka ga suka sy terapin ke anak saya walaupun ya beratnya pas-pasan. Alhamdulillah, dia jadi lumayan anteng walaupun masih belum mau noleh kalau dipanggil. Dengan kondisi anak saya yang seperti itu membuat saya berfikir dan memutuskan untuk pindah. Dalam benak saya, saya tidak memerlukan jabatan dan karrier yang penting anak saya bisa mendapatkan perlakuan dan terapi terbaik yang bisa kami usahakan secara maksimal dibanding saya hanya berdiam diri dan membiarkan anak saya seperti itu. Itu ga fair banget buat dia kan?
Alhamdulillah singkat cerita dengan izin Allah, kami pun pindah ke tempat yang kami sangat harapkan. Saat itu saya pun mulai mencari-cari tempat terapi, mulai dari yang mahal, dan akhirnya nemu yang sesuai budget kami yaitu Satria Kid Centre seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya. Dan sedikit demi sedikit anak kami mulai mengalami perubahan. Oh iya, sebenarnya satu bulan sebelum kami pindah saya sempat mengubah nama panggilan anak saya yang semula Umar menjadi Ahmad. Kenapa sih namanya diganti? Banyak pertanyaan seperti itu muncul..jadi sebenarnya bukan namanya yang diganti, hanya nama panggilannya saja. Karena saya merasa agak berat melafalkan "Umar" kalau setiap memanggil si kaka, karena lidah saya kurang fasih dalam melafalkan huruf R. Saya berfikir matang-matang dalam perubahan nama panggilan tersebut, karena ada juga dalam fikiran saya ingin mengganti namanya keseluruhan. Tapi alhamdulillah Allah memberikan petunjuk dan kami memantapkan hati mengubah nama panggilan kaka menjadi Ahmad, karena kami berharap nama tersebut akan membawa berkah ke dirinya sesuai dengan artinya yang berarti "Yang Terpuji" seperti nama Baginda Rasulullah SAW.
Saya akan cerita ya (panjang banget kalau diceritain tapi saya coba persingkat). Tempat terapi pertama anak saya adalah Satria Kids Centre. Sebelum terapi, anak kami harus di assesment terlebih dahulu untuk melihat seberapa jauh tumbuh kembangnya saat ini. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, anak kami sebenarnya memang agak telat karena jalan saja di usia 17 bulan. Dari segi motorik dan sensorik juga mengalami keterlambatan, misalnya dalam hal mengunyah makanan (sering melepeh), gerak cepat, tidak tanggap, pilih-pilih makanan, terus belum benar memegang pensil dan menulis, tidak bisa membuat lingkaran, tidak bisa melompat, tidak menoleh saat dipanggil, dsb. Pertanyaannya mirip saat kami ditanya oleh dokter di rumah sakit. Bedanya, disini diagnosanya masih mengambil diagnosa dokter dan untuk terapi yang dianjurkan ada 3 yaitu:
1. Terapi Sensori Integritas (SI)
2. Terapi behaviour
3. Okupasi Terapi (OT)
Nanti di postingan selanjutnya akan saya jelaskan perbedaan ketiga terapi tersebut. Kenapa ga langsung terapi wicara? Terapisnya (Pak Tri H.) bilang karena anak ibu itu harus nurut dulu akan perintah. Saat ini, dia belum bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh kita, sedangkan terapi wicara itu harus bisa diatur terlebih dahulu perilakunya bu..mungkin kalau anak ibu cepat, 6 bulan lagi bisa dilakukan terapi wicara...Dan, saat dilakukan assesment itu, bukan hanya hasil dari terapisnya saja yang kami dapat, tetapi juga motivasi dan apa yang harus kami lakukan di rumah. Jadi motivasi yang diberikan oleh si bapak yaitu:
1. Semakin cepat dilakukan penanganan maka hasilnya akan lebih baik. Jadi, dalam tumbuh kembang itu selama anak ibu tidak memiliki penyakit bawaan berarti ini BUKAN PENYAKIT. Jadi tidak ada obatnya..Ini adalah GANGGUAN/DISORDER, dan gangguan itu tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikurangi.
Alhamdulillah setelah itu anak saya ga nangis lagi, trauma kesana mungkin masih ada tapi dengan bujukan-bujukan alhamdulillah dia mau, dan setelah 6 kali pertemuan dia sudah MAU DIPANGGIL NAMANYA. Ya Allah, seneng bangett!. Dan setelah bisa dipanggil namanya, si kaka mulai belajar untuk tidak takut bertemu dengan gurunya dan menyerap pelajaran menjadi lebih mudah. Apalagi di terapi behaviour atau tingkah laku si kaka sudah mau duduk manis menerima pelajaran dari terapisnya. Terapis yang paling kami ingat yaitu Bu Ayu dan Bu Ika. Bu Ayu dulu berpesan kalau anak ini mau gampang diarahin sebisa mungkin jangan dikasih susu coklat ya bu...Oke bu, nanti kami akan usahakan (sebenarnya waktu itu karena ribet bawa botol susu ke tempat terapi jadi kami sediain susu UHT 🙈).
Tiga bulan setelah terapi di Satria Kids Centre, saya pun memeriksakan kondisi anak saya ke dokter Spesialis anak di Rumah Sakit Permata Bekasi. Anak kami pun diuji dengan beberapa test kemampuan dasar oleh sang dokter. Oh iya sebelumnya saya membawa rujukan BPJS dari klinik terdekat. Memang saat itu banyak pertanyaan yang belum bisa dilakukan oleh anak kami, tetapi si kaka mulai bisa menyebutkan nama-nama binatang (nama pertama yang dia sebutkan adalah nama-nama binatang). Dan saat pemeriksaan itu, anak kami sudah mau menoleh saat namanya dipanggil..Dokter pun mendiagnosa kembali, dan hasilnya..................(bersambung)