Thursday, January 12, 2017

Kelahiran My Baby Boy: UMAR (Part 2)




Rabu, 15 Juni 201*
Begitu dokter menyatakan untuk rawat inap, saya segera bergegas menelepon keluarga supaya membawakan perlengkapan bayi dan baju-baju saya....Hari itu keluarga saya masih menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dan rumah saya cukup jauh dari RS sehingga butuh perjuangan extra untuk bolak-balik RS-rumah, buka puasa di RS. Saya benar-benar bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi saya....

Lucunya, karena baru pertama kali melahirkan, saya membawa 2 koper penuh berisi baju-baju bayi, beserta dll nya. Sampai-sampai petugas kebersihannya (yang ngepel kamar) ngomel-ngomel karena barang bawaan saya segambreng. Maklumlah kalo di rumah sakit negeri ga bisa request macem-macem karena semuanya serba diatur. Dari jadwal besuk, orang yang boleh menginap, sampai karpet dan tikar harus sudah digulung begitu jam 6 pagi. 

Sebelum prosesi melahirkan, saya diinapkan dulu semalam untuk persiapan dan juga menunggu giliran jika kamar persalinan ada yang kosong. Alhamdulillah, untuk kamar inap (memang peruntukan untuk ibu hamil dan pasca melahirkan) saya mendapatkan kelas I, cukup luas ruangannya walaupun di kelas I pasiennya ada 2 orang. Semalam itu saya benar-benar deg-degan tapi lumayan tenang karena ada suami saya yang sesekali ngajak bercanda hehe. Hanya 1 yang saya harapkan yaitu semoga persalinan saya lancar, debay dan saya sehat-sehat semuanya.

Di rumah sakit kala itu memang lagi banyak sekali anak kuliah yang sedang magang dan ujian. Awalnya saya sempat kurang nyaman karena mereka sebentar-sebentar (1 jam sekali kayaknya) datang sambil mengecek tensi, suhu badan dan denyut jantung janin (DJJ). "Bu, periksa dulu DJJ nya nggih..". Karena masih magang, jadi nyari DJJ nya mereka agak kesulitan, beda dengan bidan yang memang bekerja di RS (langsung dapat). Tapi setelah beberapa lama di RS, baru saya merasa anak-anak magang itu begitu membantu dan juga mereka begitu perhatian. Sangat jauh berbeda dengan bidan-bidan senior yang terkesan galak dan kurang sabaran, hehe ^^v.

Kamis, 16 Juni 201*
Keesokan harinya, setelah sarapan sekitar pukul 9 pagi saya dipindah ke ruang bersalin (jaraknya cukup jauh dari ruang rawat inap). Semua barang dibawa kesana, sejak itulah saya tahu bahwasanya barang bawaan saya itu terlalu banyak, hehehe. Jadi sebagian pada dibawa pulang yang tidak terlalu penting. Di ruang bersalin terdapat 3 bed, dimana hanya dibatasi oleh tirai tanpa sekat. Bed pertama diisi oleh seorang ibu yang usianya 40 tahun persalinan anak kelima nya, bed kedua saya, bed ketiga ibu muda yang usianya mungkin sepantaran saya dimana sudah pecah ketuban duluan (akhirnya caesar). 

Sesuai dengan instruksi dokter kandungan, bahwa saya harus menjalani induksi persalinan. Induksi persalinan adalah persalinan yang dibantu dengan semacam obat atau alat untuk merangsang kontraksi asli sehingga mempercepat proses kelahiran normal. Sebelum induksi, bidan mengecek berapa pembukaan saya (ngilu). Ternyata hingga saat itu saya belum mengalami pembukaan alias pembukaan nol. Setelah itu, bidan meminta suami saya menandatangani surat pernyataan pemberian induksi. Oh ya, di ruang bersalin itu terdapat bidan, perawat dan anak magang dari sekolah keperawatan dan sekolah kebidanan. Dokter kandungan berada di tempat berbeda (tempat praktiknya waktu saya cek pertama yang letaknya dekat pintu masuk RS), dokter kandungan hanya datang ketika pembukaan sudah dekat dan detik-detik menjelang kelahiran. Dan sepertinya beberapa dokter kandungan di RS itu masih KOAS (masih muda soalnya). 

Sebelum induksi, saya cek NST dulu. Nah disini saya baru tahu NST itu apa. Cek NST (Non Stress Test) itu semacam alat yang dipasang semacam sabuk di perut ibu hamil untuk mengetahui riwayat denyut jantung janin. Mungkin bedanya sama dopller, kalo NST ini waktunya lebih panjang durasinya (sekitar sejam-an) seperti kardiotografi. Saya waktu itu disuruh memencet alat semacam bel jika terasa pergerakan janin. Mungkin NST itu sebagai bahan observasi sebelum induksi. Alhamdulillah kata bidannya hasil NST saya normal.

Proses induksi diawali dengan memasang infus (drip), ini pertama kali saya diinfus. Wow jarumnya gede banget, tapi ya sudah saya pasrah saja toh yang penting si dede cepat keluar. Induksi dipasang sekitar pukul 11.00 siang. Infusnya berisi cairan untuk mempercepat kontraksi. Ternyata ibu di bed 1 juga diberikan induksi infus juga. Haduh rasanya ruang bersalin itu berisik banget, coz banyak anak magang yang sedang ujian. Saya pun ga luput untuk dijadikan percobaan. Salah seorang dari mereka meminta saya untuk dijadikan 'kelinci percobaan'. "Bu, nama saya (sebut saja mawar), saya sedang ujian praktik untuk melakukan teknik palpasi dan juga mengukur DJJ, apakah ibu bersedia untuk saya periksa". "Ya, silahkan..". Test itu memang lumayan sulit sepertinya bagi mereka, karena seperti menerawang di dalam tanpa bantuan USG. Test palpasi itu yaitu menekan-nekan bagian perut untuk mengetahui letak dan posisi janin. Mungkin dari bentuk-bentuk yang mereka rasakan mereka tahu ini kepala atau punggung debay. Setelah itu mengukur DJJ. Untuk mengukur DJJ, memang harus palpasi terlebih dahulu. Karena setelah posisi janin diketahui, maka mereka bisa mengira-ngira letak jantung janin di sebelah mana. Kadang di sebelah kanan perut saya, kadang agak ke kiri tergantung pergerakan si dede. Nah, jika mereka salah mengira maka DJJ jadi tidak terdengar di alat doppler (jadi bikin parno nih kalo pas ga kedengaran). Biasanya kalo ga kedengaran, bidan yang mendampingi melakukannya lagi sampai DJJ nya ketemu (cepet banget mungkin karena lebih berpengalaman).

Selama induksi terus terang saya hanya merasakan kontraksi palsu yang setelah beberapa menit menghilang. Sampai-sampai bidan yang menangani saya heran. Kok ga kontraksi-kontraksi ibu ini . Dan ba'da maghrib ibu yang di sebelah saya melahirkan duluan secara normal. Haduh keduluan deh...padahal ibunya baru setengah drip. Karena pembatas kami hanyalah tirai, maka bagaimana ibu itu mengejan, teriak2 dengan menyebut nama Allah (kebetulan ibunya muslim) semua terdengar dari bed saya, dan kemudian disusul tangisan bayi perempuan. Masya Allah begitu perjuangan seorang ibu yang melahirkan. Ibunya melahirkan di tanggal cantik 16-06-2016. Terbesit rasa ingin secepatnya melahirkan juga. 

Tetes demi tetes drip saya perhatikan. Ya Allah kenapa dedenya masih stay cool di dalam? ga ada kontraksi sama sekali, sesekali kontraksi itupun hanya kontraksi palsu. Hikz..suami dan ibu saya bergiliran menjaga saya. Alhamdulillah selama menanti saya masih bisa sholat lima waktu (sambil duduk) di tengah keterbatasan saya yang masih diinfus. Sudah 1 drip masuk ke tubuh saya, drip berikutnya pun dipasang. Saya pun berharap di drip kedua ini ada rasa2 mules kontraksi. 

Namun, selama kurang lebih 12 jam sampai jam 11 malam masih belum juga kontraksi, para bidan yang awalnya perhatian sekarang jadi agak cuek. Saya tidak bisa tidur...semalaman saya menunggu siapa tahu kontraksinya di tengah2 malam. Seorang perawat pun datang menghampiri saya, dia berkata bahwa dia mau melakukan pencukuran , katanya buat persiapan besok. Sepertinya besok saya akan 
D-I-O-P-E-R-A-S-I

Jum'at, 17 Juni 201* (12 Ramadhan 143* H)
Subuh pun menjelang, suami, ibu dan adik saya sudah sahur di depan ruangan bersalin. Ayah saya yang datang sesekali menjenguk menanyakan apakah sudah lahiran apa belum, saya jawab masih belum. Semua berdo'a yang terbaik untuk saya dan adik bayi. 

Paginya, suami saya diberitahu bahwasanya operasi harus segera dilakukan mengingat saya telah gagal drip/gagal induksi 20 jam. Tidak ada pembukaan sama sekali. Suami pun menandatangani persetujuan operasi. Jam 9 pagi saya dibawa ke ruang operasi dengan menggunakan tempat tidur dorong (ruang operasi berada di lantai 2). Saya ditanya apakah siap dioperasi, saya jawab Insya Allah...saya sudah pasrah sepasrah-pasrahnya kepada Allah Swt.

Sebelum masuk ruangan operasi (di ruang depan), saya masih menunggu satu setengah jam-an karena masih menunggu nama saya dipanggil. Saya tahu di luar sana keluarga saya sedang cemas menunggu. Tapi apalah daya saya hanya bisa bersabar. Memasuki ruang operasi. Saya cukup deg2an, ruangannya dingin sekali. Dokternya bertanya saya mau operasi apa, yaelah dok perut gede begini masa masih ditanya lagi. "Mau caesar dok". Oh...kirain , soalnya kirain masih kecil kayak anak SMP mukanya, wkwk. Ni dokter sempet2nya bercanda, saya udah deg2an banget (mungkin untuk menghilangkan ketegangan saya). Suntikan demi suntikan menembus tulang belakang saya. Setelah biusnya bereaksi dan kaki saya sudah ga berasa lagi, operasi pun dimulai.

Saya tidak bisa melihat proses caesar berlangsung karena ditutup dengan kain berwarna hijau (seperti gorden kecil). Saya tidak merasakan sakit karena dibius, tapi saya merasakan perut saya seperti dikocok-kocok (kayak orang lagi cuci baju). Sekitar 15 menit kemudian terdengar tangis bayi.....

11.02 WITA

Saya menangis terharu, alhamdulillah anak saya lahir..........Terima kasih Ya Allah. Dokter pun berkata "Selamat ya bu anaknya laki-laki"..............

Umar, kamu telah lahir di dunia ini nak...semoga kamu menjadi anak yang sholeh, cerdas, pintar kebanggaan bunda sama ayah..aamiin..WE LOVE YOU..



(bersambung)

Artikel Terkait

2 comments:

  1. Barakallah, baby Umar. Semoga ibunya lekas sehat, Umar juga sehat ya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih mba nurin...aamiin ya robbal'alamiin. Sudah lama lahiranny mba br sempat posting, hehe.

      Delete

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Pengunjung Blog

Labels

A EKMET (1) A MACRO (1) A MATEK (1) A MENULIS (1) A MICRO (1) ENGLISH (13) ISLAMI (9) KISAH (24) KUE (2) KULINER (3) LEARNING (23) Menjahit (6) MONICLENS (8) MY CREATION (12) MY LOVELY FAMILY (17) NGAJI (1) NOSTALGIA (14) PUISI (7) RESENSI FILM (6) STORY (38) TAJWID (1) TESTIMONI (2) TIPS dan TRICK (16) TRAVELLING (40) TSAQOFAH (1) Umar (9)

Alih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Monica Oktavina. Powered by Blogger.

Blog Archive

Flag Counter

Flag Counter

About Blogger

Hello guys, I am a mother of two kids, hopefully this blog useful for you, do not forget to follow this blog to get more information ^_^ (Instagram: moniceoktavina12. Youtube: Monica Oktavina) Contact Us: moniceoktavina@gmail.com

PRIVACY POLICY

Copyright © Monice and Family | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com